Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Purbalingga

Dulu Eksis, Koperasi Tani Max Yasa Purbalingga Sekarang Mati Suri

Sempat eksis pada masanya, kini Koperasi Tani Max Yasa yang diketuai oleh Ngahadi Hadi Prawoto, meredup

Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG/Farah Anis Rahmawati
KOPERASI MAX YASA: Dokumentasi dan penghargaan kepada Ngahadi Hadi Prawoto selaku Ketua Koperasi Max Yasa, saat kunjungan Kementerian Koperasi dan UKM, Teten Masduki dan Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi pada tahun 2021 di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. (TRIBUNJATENG/Farah Anis Rahmawati) 

"Masalahnya kegiatan juga hanya seremonial saja," katanya. 

Lebih lanjut, saat itu dari LPDB-KUMKM atau Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, disampaikan sempat memberikan angin segar untuk mendapatkan investasi dan permodalan. 

"Tetapi itu hanya angin segar saja. Kita sudah menyiapkan semua sampai berbulan-bulan, bertahun-tahun untuk mengaksesnya, tetapi faktanya sangat sulit sekali," keluhnya. 

Dari Pemerintah Provinsi, ia mengatakan juga pernah menyarankan pihaknya untuk mengikuti pameran dan berbagai kegiatan lain. 

"Tetapi untuk itu kita kan butuh orang, butuh modal untuk berjualan, dan kita itu sering kali mengeluarkan modal, tetapi bagi kami secara manfaat hanya begitu saja," katanya.

Disisi lain, pihaknya mengatakan, saat itu sering kali terjadi beberapa kerugian akibat gagal panen yang disebabkan oleh faktor alam. Sehingga modal pun menipis, hingga akhirnya koperasi pun terpaksa harus mengurangi jumlah anggota. 

Menurutnya, semua hasil pertanian bisa diekspor. Ia mengatakan beberapa kali mengirim buah-buahan seperti nanas, manggis, rambutan, mangga hingga daun pisang. 

"Sebenarnya banyak sekali yang bisa dikirim, cuma ya itu kita kekurangan modal. Kenapa, karena terlalu sering ada kegiatan di luar kotanya," ujarnya. 

Sekretaris Koperasi Max Yasa, Suratman, menambahkan hal yang sama, pihaknya memang sering diundang untuk beberapa agenda, baik itu dari kementerian, dinas kabupaten atau provinsi. Seringkali untuk melakukan perjalanan tersebut juga menggunakan dana pribadi. 

"Sehingga modal yang seharusnya dipakai untuk penambahan modal, tapi kita alokasikan untuk biaya perjalanan," tambahannya.
 
Padahal, pihaknya berharap dengan hadirnya pemerintah dan dibentuknya suatu organisasi itu dapat sedikit memberikan keringanan. 

"Kami dapat memberikan pendidikan kepada petani yang tadinya tradisional menjadi modern dengan bantuan dana, hibah atau kredit," katanya. 

Tetapi faktanya, ia mengatakan belum pernah mendapat kemudahan dana atau hibah meskipun telah berjalan hingga bertahun-tahun lamanya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved