Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Semarang

Ritual Rujak Pare: Mengenang Mei 98, Menyantap Luka, Merawat Ingatan

iring putih dengan irisan pare dan sambal bunga kecombrang terhidang di atas meja sederhana.

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM/Rezanda Akbar D.
KULINER - Rujak pare sambal bunga kecombrang sebagai simbol makanan tradisional pengingat tragedi Mei 1998/ 

“Tragedi Mei tidak disetujui oleh suku mana pun. Siapa yang tega?” katanya.

Ia mengenang momen mengharukan ketika pertama kali mengisahkan peristiwa 1998, seorang peserta dari etnis Jawa menangis. 

“Ibu itu bilang, ‘Saya orang Jawa, saya nggak tahu kejadian ini. Ternyata segitu parahnya."

Melalui suasana doa, obrolan lintas iman, dan rasa pahit pare di lidah, acara ini menyajikan bukan hanya makanan, tapi pelajaran kolektif. 

Bahwa luka sejarah bukan untuk dikenang dalam diam, tapi untuk diolah menjadi kekuatan agar tidak terulang. Karena hanya dengan mengingat, bisa saling menjaga. (Rad) 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved