Semarang
Ritual Rujak Pare: Mengenang Mei 98, Menyantap Luka, Merawat Ingatan
iring putih dengan irisan pare dan sambal bunga kecombrang terhidang di atas meja sederhana.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM/Rezanda Akbar D.
KULINER - Rujak pare sambal bunga kecombrang sebagai simbol makanan tradisional pengingat tragedi Mei 1998/
“Tragedi Mei tidak disetujui oleh suku mana pun. Siapa yang tega?” katanya.
Ia mengenang momen mengharukan ketika pertama kali mengisahkan peristiwa 1998, seorang peserta dari etnis Jawa menangis.
“Ibu itu bilang, ‘Saya orang Jawa, saya nggak tahu kejadian ini. Ternyata segitu parahnya."
Melalui suasana doa, obrolan lintas iman, dan rasa pahit pare di lidah, acara ini menyajikan bukan hanya makanan, tapi pelajaran kolektif.
Bahwa luka sejarah bukan untuk dikenang dalam diam, tapi untuk diolah menjadi kekuatan agar tidak terulang. Karena hanya dengan mengingat, bisa saling menjaga. (Rad)
Halaman 2 dari 2
Berita Terkait:#Semarang
Diklaim Bisa Sederhanakan 18 Layanan Kepegawaian, Auto Simpatik Diterapkan di Semarang |
![]() |
---|
Kementerian UMKM Perkenalkan Madu Pada Menu MBG Siswa di Kota Semarang |
![]() |
---|
Wali Kota Semarang Sebut Siap Benahi TPA Jatibarang, Bakal Jadi Prioritas Tahun 2026 |
![]() |
---|
Nasib Ari Warga Semarang yang Ngeyel Blokade Jalan, Satpol PP Akan Bertindak |
![]() |
---|
Duduk Perkara Warga Tutup Jalan Umum di Semarang, Lurah Kedungmundu Angkat Bicara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.