Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Wisata Blora

Menelusuri Gua Sentono, Keindahan Alam dan Kisah Mistis dalam Satu Destinasi

Derasnya arus air di Sungai Bengawan Solo masih menjadi saksi alam keberadaan Gua Sentono, di Dusun Sentono Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan Blora

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: Catur waskito Edy
M iqbal
GUA SENTONO - Pengunjung saat berada di Gua Sentono, Jumat (23/5/2025).(Dok. Istimewa/Dinkominfo Blora) 

Tindakan yang tidak wajar itu terdengar oleh Raden Maulana Makdum Ibrahim alias Sunan Bonang.

Oleh karenanya, Sunan Bonang mengirim salah satu utusannya untuk menghadap Blacak Ngilo dengan pesan agar Blacak Ngilo menghentikan perilaku sewenang-wenang terhadap rakyatnya, meninggalkan penyembahan berhala, dan mengikuti ajaran Islam dengan tulus dan benar.

Sunan Bonang menyetujuinya, tetapi dengan beberapa syarat. Jika Sunan Bonang kalah, beliau bersedia menjadi pengikut Blacak Ngilo, dan sebaliknya, jika Blacak Ngilo kalah, ia harus meninggalkan semua perilaku buruknya dan memeluk Islam. Kedua belah pihak menyetujui persyaratan tersebut.

Pertarungan sengit pun dimulai. Kedua tokoh ini, sama-sama memiliki kekuatan yang luar biasa, dan pada hari pertama, hari kedua, bahkan hingga hari keenam, belum terlihat siapa yang kalah atau menang.

Namun, pada hari ketujuh, Blacak Ngilo mulai merasa kelelahan. Meskipun begitu, karena kesombongannya, ia enggan mengakui kehebatan Sunan Bonang.

Di saat seperti itu, Blacak Ngilo menggunakan akal liciknya untuk melarikan diri dari medan pertarungan. Dengan sisa-sisa kesaktiannya, Blacak Ngilo memasuki perut bumi untuk menghindar.

Sunan Bonang tidak mau kalah. Ia mengejar Blacak Ngilo hingga ke dalam perut bumi, dan akhirnya terjadi kejar-kejaran di dalam tanah.

Setiap kali Ki Sentono alias Blacak Ngilo muncul di permukaan tanah, Sunan Bonang selalu berada di belakangnya. Bahkan, saat Blacak Ngilo melarikan diri ke daerah Tuban (Jawa Timur), Sunan Bonang juga muncul di sana.

Setelah merasa kelelahan, Blacak Ngilo meminta Sunan Bonang untuk memberikan waktu istirahat. Permintaan tersebut dikabulkan oleh Sunan Bonang.

Tanpa menyia-nyiakan waktu, Blacak Ngilo mencari tempat untuk beristirahat, yang dalam bahasa Jawa disebut semende atau senderan. Tempat istirahat Blacak Ngilo inilah yang kemudian memberi nama pada Desa Menden, berasal dari kata semenden/senden.

Akhirnya, Blacak Ngilo mengakui kekalahannya dan bersedia memeluk agama Islam serta menjadi pengikut Sunan Bonang untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah Menden. Lubang-lubang dalam tanah bekas kejar-kejaran antara Sunan Bonang dan Blacak Ngilo meninggalkan bekas berupa gua.

Gua ini kemudian diberi nama Gua Sentono. Pengunjung wisata Gua Sentono ini semakin ramai.

Apalagi akhir pekan atau saat ada event, sampai ribuan pengunjung memadati lokasi wisata tersebut.

“Ketika ada yang membuat event, itu luar biasa, pengunjung bisa membludak mencapai ribuan,” kata Sutikno, Kamituwo Dusun Sentono.(Iqs)

Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Sabtu 24 Mei 2025, Naik Rp 20 Ribu

Baca juga: Dongeng Anak Sebelum Tidur, Kisah Raja Guga dan Penyakitnya Serta Obat Mujarab Bibit Si Kelinci

Baca juga: Chord Gitar Bernadya, Masa Sepi : Tak Lagi Mau Menghampiri

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved