Fenomena Meme "Tung Tung Tung Sahur": Tradisi Sahur Jadi Tren Viral di Media Sosial

Relevansi Sosial: Antara Tradisi dan Hiburan

Meme ini tidak hanya lucu, tetapi juga menarik perhatian terhadap salah satu tradisi penting dalam Islam, yaitu sahur.

Dengan pendekatan ringan, meme ini menjadi sarana pengingat yang efektif dan mudah dicerna, bahkan oleh mereka yang tidak merayakan Ramadhan.

Popularitas meme ini juga memperlihatkan bahwa budaya lokal bisa menjadi bagian dari tren global ketika dikemas secara menarik dan relatable.

Perpaduan antara visual lucu, audio khas, dan nilai budaya menjadi kunci keberhasilannya.

Apakah Meme Ini Akan Bertahan?

Seperti tren internet lainnya, masa hidup meme "Tung Tung Tung Sahur" sulit diprediksi.

Namun hingga akhir Mei 2025, meme ini masih mendominasi linimasa, dengan banyak konten baru bermunculan tiap hari.

Selama Ramadhan dan bahkan sesudahnya, meme ini diprediksi masih akan bertahan, terutama karena sifatnya yang menghibur dan berakar dari kebiasaan yang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat.

Meme “Tung Tung Tung Sahur” bukan sekadar tren lucu di media sosial, tetapi juga contoh nyata bagaimana budaya dan teknologi bisa berpadu menciptakan fenomena global.

Dengan pendekatan kreatif, generasi muda berhasil menghidupkan kembali tradisi sahur dalam format yang baru, segar, dan menghibur.

Meme ini adalah cermin dari cara baru anak muda merayakan identitas budaya mereka—melalui kreativitas, konektivitas digital, dan tentunya, sedikit humor.(kompas.com)

Baca juga: Lirik Lagu Watch Me! - YOASOBI, Lengkap dengan Terjemahan Indonesia

Baca juga: UMRI Lakukan Studi Improvisasi dan Konsolidasi ke UMP, Perkuat Sinergi Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Baca juga: Libur Kenaikan Isa Almasih, 76 Persen Kursi KA Daop 4 Sudah Terisi