Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Bencana Tanah Gerak di Sirampog Brebes

Nasib Warga Terdampak Tanah Gerak Sirampog Brebes, Harus Menunggu 9 Bulan untuk Tempati Hunian Tetap

Karena kondisi sudah tidak memungkinkan untuk ditinggali, Pemkab Brebes mengajukan pembangunan 130 Hunian Tetap (Huntap) untuk warga Sirampog. 

|
Penulis: budi susanto | Editor: deni setiawan

TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Di tengah kepedihan nasib terdampak tanah gerak, warga Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes yang terdampak masih harus menunggu berbulan-bulan agar bisa mendapatkan hunian tetap.

Kabar tersebut didengar langsung oleh masyarakat Desa Mandala beberapa waktu lalu seusia menempati hunian sementara.

Hal tersebut membuat warga terdampak yang menempati hunian sementara semakin lemas dan risau.

Baca juga: Tanah Gerak Sirampog Rusak 135 Rumah, Pemkab Brebes Masih Proses Ajukan Hunian Tetap

Baca juga: Masalah Pelik Yanto Korban Tanah Bergerak Brebes, Terlanjur Utang Bank Untuk Renovasi Rumah

Satu di antaranya Basuri (54) warga Dukuh Krajan, kursi plastik berwarna hijau yang dia duduki selama di lokasi hunian sementara seolah menjadi saksi kegelisahannya.

"Kabarnya kami harus menunggu sembilan bulan untuk bisa menempati hunian tetap."

"Karena harus ada kajian dari desa ke pemerintah kabupaten lalu ke provinsi dan seterusnya," terang Basuri yang selalu nampak bingung seolah memikirkan nasib keluarganya ke depan.

Di tengah kegelisahannya, Basuri mengatakan, warga terdampak landslide tidak bisa berbuat apa-apa.

Menunggu dan pasrah, hanya itu yang bisa dilakukan oleh warga terdampak tanah gerak di Desa Mandala.

Dalam penantiannya Basuri berharap bisa mendapatkan hunian tetap secepat mungkin.

"Bingung saya, tapi saya dan warga lainnya berharap hunian tetap bisa segera dibangun."

"Supaya tidak tinggal di hunian sementara terus," imbuhnya. 

Warga Masih Berduka

Ditemani kopi dan makanan ala kadarnya, Nasrullah (57), Yanto (55), dan lima warga Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes duduk tak jauh dari rumah Nasrullah yang sudah nyaris rata dengan tanah pada Rabu (27/5/2025).

Siang itu, mereka sedang beristirahat siang seusai bergotong royong membersihkan sekaligus mengais barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan dari reruntuhan rumah Nasrullah.

Rumah Nasrullah adalah satu dari belasan rumah di Dusun Krajan yang rusak berat akibat bencana tanah bergerak yang menimpa dusun mereka. 

Batang kayu hingga potongan besi dari tulangan beton dikumpulkan dari reruntuhan rumah yang masih menyisakan warna oranye di dindingnya itu.

Sesekali, tatapan mereka tertuju ke arah perkampungan yang sudah tak berbentuk lagi.

Nyaris semua rumah di kampung mereka roboh.

Beberapa di antaranya bahkan ambles tertelan bumi seusai bencana tanah bergerak yang terjadi pada Kamis (17/4/2025) malam. 

“Saya ingat anak dan utamanya cucu yang biasanya riang gembira main di rumah dan kampung ini,” kata Nasrullah yang seketika membuat suasana menjadi sedikit kaku. 

Tak melanjutkan kalimatnya, Nasrullah justru tampak menyeka matanya yang sudah basah dengan bulir bening yang mengucur deras dari kedua matanya. 

Sambil terisak dan menarik nafas dalam-dalam, Nasrullah mencoba menguatkan diri untuk melanjutkan ceritanya. 

Dia menyebut, upayanya mengais barang-barang dari rumahnya yang sudah roboh sebenarnya tak lebih dari caranya untuk mengobati kegundahan hatinya. 

PORAK-PORANDA - Potret pada Rabu (27/5/2025) kondisi puluhan rumah di Dukuh Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes porak-poranda akibat bencana tanah gerak. Bencana ini terjadi pada Kamis (17/4/2025) dan berdampak pada 570 jiwa di tiga dukuh di desa tersebut.
PORAK-PORANDA - Potret pada Rabu (27/5/2025) kondisi puluhan rumah di Dukuh Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes porak-poranda akibat bencana tanah gerak. Bencana ini terjadi pada Kamis (17/4/2025) dan berdampak pada 570 jiwa di tiga dukuh di desa tersebut. (TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO)

Baca juga: Asa Warga di Tengah Tanah Gerak Sirampog Brebes: Harapan yang Masih Tertinggal di Hunian Sementara

“Rasanya getir melihat rumah yang sudah miring dan rusak."

"Sakit rasanya melihat kenangan anak-anak dan utamanya cucu main di rumah."

"Lebih baik dirobohkan saja daripada ingat yang tidak-tidak,” imbuh Nasrullah. 

Mereka secara bergantian bergotong royong mengais barang-barang yang bisa diambil dari rumah mereka sambal meratakan rumah mereka yang sudah rusak parah. 

“Kalaupun kami mengumpulkan besi atau kayu, belum tentu bisa kami manfaatkan lagi."

"Ini semua adalah upaya menghibur diri."

"Apalagi saat ini kami semua nyaris tak bisa bekerja karena sawah kami juga sudah rusak,” kata Nasrullah. 

Rumah Nasrullah adalah satu dari 135 rumah lain yang bernasib serupa.

Bencana tanah bergerak ini terjadi di tiga dusun di Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes

Landslide di Kecamatan Sirampog terjadi pada Kamis 17 April 2025 sekira pukul 02.00.

Pergerakan tanah pertama kali terjadi di Desa Mendala setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut. 

Kemiringan lereng di Sirampog yang mencapai 60 derajat memperparah kondisi dan menyebabkan tanah bergeser ke arah Kali Pedes atau ke arah barat laut.

Pada 21 April 2025, jumlah rumah yang rusak akibat pergerakan tanah terdata mencapai 112 unit. 

Warga yang terdampak mulai mengungsi ke posko bencana alam yang didirikan oleh BPBD Kabupaten Brebes.

Sehari berselang pada 22 April 2025, pergerakan tanah meluas ke pedukuhan lainnya.

Sepekan kemudian 28 April 2025, BPBD mencatat total rumah rusak berat atau roboh mencapai 120 rumah dan 15 rumah mengalami kerusakan sedang. 

Jumlah warga terdampak sekira 570 jiwa beberapa mengungsi ke berbagai titik pengungsian.

Selain rumah warga, pergerakan tanah merusak fasilitas umum seperti jalan desa, tempat ibadah, dan sekolah.

Tiga dukuh di Desa Mandala juga luluh lantah yaitu di Dukuh Krajan, Karanganyar, Babakan, dan Cupang Bungur.

Pemkab Brebes juga menetapkan status Tanggap Darurat Bencana selama 30 hari sejak 17 April hingga 16 Mei 2025.

Hingga kini, ratusan warga terdampak masih mendiami hunian sementara dan tak tahu harus berbuat apa.

Meski ada wacana pemindahan warga terdampak ke hunian tetap di dua lokasi yaitu di Desa Buniwah dan Manggis, namun belum ada kejelasan kapan mereka akan dipindahkan.

Pasalnya, lahan tersebut masih akan dikaji oleh Badan Geologi untuk memastikan kelayakannya sebelum pembangunan hunian tetap dimulai.

PATAH - Kondisi akses jalan warga yang patah dan hancur di Dukuh Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, akibat bencana geologi landslide, Rabu (27/5/2025). Sebagian besar warga saat ini masih menetap di hunian sementara yang didirikan oleh pemerintah pasca bencana.
PATAH - Kondisi akses jalan warga yang patah dan hancur di Dukuh Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, akibat bencana geologi landslide, Rabu (27/5/2025). Sebagian besar warga saat ini masih menetap di hunian sementara yang didirikan oleh pemerintah pasca bencana. (TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO)

Baca juga: "Lebih Baik Dirobohkan Saja!" Tangis Nasrullah Lihat Rumah Rusak Imbas Tanah Gerak Sirampog Brebes

Pemkab Brebes Ajukan 130 Hunian Tetap

Bencana tanah gerak melanda tiga dusun di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes.

Meliputi Dusun Krajan, Babakan, dan Cupang Bungur.

Total luas area terdampak mencapai 90 hektare, terdiri dari 80 hektare lahan persawahan dan 10 hektare permukiman.

Akibat bencana ini, 135 rumah rusak dimana 120 di antaranya rusak berat dan 15 lainnya rusak sedang dengan total 570 jiwa terdampak. 

Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan, wilayah tersebut sudah tidak layak huni dan tidak bisa lagi digunakan sebagai lahan pertanian karena masih berpotensi bergerak.

Plt Kalakhar BPBD Kabupaten Brebes, Wibowo Budi Santoso menjelaskan, bencana berlangsung bertahap.

"Hari pertama amblas sekira 30 sentimeter, lalu dalam seminggu berikutnya pergerakan tanah mencapai lebih dari 10 meter," ujarnya pada Jumat (30/5/2025).

Saat ini, para korban telah dipindahkan ke Hunian Sementara (Huntara) yang dibangun Pemkab Brebes dan mulai ditempati sejak 21 Mei 2025, setelah satu bulan sebelumnya tinggal di posko pengungsian. 

Total terdapat 130 huntara berukuran 3x6 meter, dibangun menggunakan baja ringan dan dinding gazebo, dengan biaya Rp1,3 miliar dari total anggaran penanganan Rp1,6 miliar yang bersumber dari APBD Kabupaten Brebes.

“Untuk logistik di hunian sementara masih cukup untuk satu bulan ke depan."

"Bantuan jaminan hidup dari Kemensos juga diberikan, Rp10 ribu per jiwa per hari selama 90 hari,” tambah Wibowo Budi Santoso.

Karena kondisi wilayah sudah tidak memungkinkan untuk ditinggali, Pemkab Brebes mengajukan pembangunan 130 Hunian Tetap (Huntap). 

Proposal diajukan ke BPBD Jateng untuk penyediaan tanah senilai Rp15 juta per unit dan ke BNPB melalui Dana Siap Pakai (DSP) untuk pembangunan fisik Rp60 juta per unit.

Menurut Wibowo Budi Santoso, lokasi hunian tetap yang diusulkan seluas 1,6 hektare telah melalui kajian geologis dan dinyatakan aman. 

"Proses pembelian tanah dan pembangunan hunian tetap akan dikelola langsung oleh warga melalui kelompok masyarakat (pokmas), dengan bantuan langsung masuk ke rekening mereka," jelasnya.

Namun dia mengakui bahwa proses ini tidak bisa cepat.

“Kalau merujuk pengalaman daerah lain, prosesnya bisa memakan waktu paling cepat satu tahun,” katanya.

BPBD Kabupaten Brebes Brebes juga terus menjalin komunikasi dengan instansi pemerintah dan pihak swasta untuk memastikan kebutuhan masyarakat terdampak tetap terpenuhi. 

Wibowo mengimbau masyarakat untuk lebih menjaga lingkungan, khususnya di kawasan hulu dan pegunungan. 

"Mari jaga alam, hutan yang gundul harus jadi perhatian bersama," ujarnya.

TANAH AMBLAS - Dua orang berdiri di tepian patahan tanah di Dukuh Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Rabu (27/5/2025). Akibat bencana geologi landslide, tanah di wilayah tersebut amblas hingga 15 meter.
TANAH AMBLAS - Dua orang berdiri di tepian patahan tanah di Dukuh Krajan, Desa Mandala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Rabu (27/5/2025). Akibat bencana geologi landslide, tanah di wilayah tersebut amblas hingga 15 meter. (TRIBUN JATENG/BUDI SUSANTO)

Pertimbangkan Aspek Geologis

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi yang telah meninjau lokasi pengungsian di Gunung Poh, Sirampog beberapa waktu lalu menegaskan pentingnya pertimbangan geologis dalam proses relokasi.

“Saya ingin agar segera dicarikan tempat yang representatif."

"Harus cepat dan dikaji secara geologis."

"Jangan sampai memindahkan penduduk, tapi jalurnya nanti mbledug meneh (bergerak lagi)."

"Harus benar-benar aman untuk tempat tinggal,” tegasnya.

Sebagai bentuk dukungan, Pemprov Jateng telah menggelontorkan bantuan Rp2,01 miliar untuk mendukung proses rekonstruksi, termasuk perbaikan rumah dan fasilitas ibadah.

Gubernur juga menekankan pentingnya pendekatan psikososial dalam relokasi. 

“Yang paling penting bukan hanya memindahkan fisik warga, tapi juga mentalnya."

"Harus yakin dan siap tinggal di tempat baru, bukan kembali ke lokasi lama yang berisiko,” ujarnya.

Ahmad Luthfi berharap seluruh proses dapat berjalan cepat dan tepat, demi keselamatan dan kenyamanan warga. 

“Tidak boleh main-main dalam urusan ini."

"Nyawa dan masa depan warga jadi prioritas,” imbuhnya. (*)

Baca juga: Mulai Operasional Juli 2025, Sekolah Rakyat di Jateng Terus Disiapkan

Baca juga: Gambaran Rumah Subsidi Jika Cuma 21 Meter Persegi, Joko Suratno: Setara Ukuran Garasi Mobil

Baca juga: Berikut Rincian Anggaran Kebutuhan Sekolah Rakyat, Sudah Termasuk Seragam dan Laptop Siswa

Baca juga: Setiap Siswa Dijatah Rp48,2 Juta per Tahun, Target 100 Sekolah Rakyat Siap Beroperasi Mulai Juni

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved