Kuliner Kudus
Sensasi Makan Daging Burung Liar di Warung Iwak Manuk Bu Mun Kudus, Harga Sesuai Jenis Burung
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menyimpan satu lagi kekayaan kuliner yang tak kalah menggod, yaitu burung goreng
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Di balik ketenaran soto kerbau dan jenang Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menyimpan satu lagi kekayaan kuliner yang tak kalah menggod, yaitu burung goreng.
Kuliner ini tidak hanya unik karena bahan utamanya, tetapi juga karena kisah panjang dan rasa khas yang membuat siapa pun ketagihan.
Berada di Jalan Kudus–Purwodadi, tepatnya di Desa Kalirejo, Kecamatan Undaan, berdiri sebuah warung sederhana bernama Warung Iwak Manuk Bu Mun.
Meski bangunannya kecil dan tampak biasa, jangan salah setiap menjelang siang hingga sore hari, warung ini tak pernah sepi dari pembeli.
Para pecinta kuliner dari berbagai daerah rela datang demi mencicipi menu langka ini.
Baca juga: Sudah Sejak 1990, Jalan Sawo Barat Tegal Jadi Sentra Kuliner Kupat Blengong
Menariknya, disebut “iwak manuk” karena menu ini terdiri dari olahan empat jenis burung liar: belibis, peruk, pelung, dan blekok.
Dalam bahasa Jawa, sajian ini kerap disebut “iwak manuk,” yang jika diterjemahkan secara harfiah berarti “ikan burung” sesuai dengan penamaan khas masyarakat lokal yang membuat menu ini semakin menarik perhatian.
Salah seorang pengunjung Galih Erlambang pengatakan, setiap kali melintas di wilayah Undaan dia menyempatkan diri untuk mampir.
Menurutnya meski menunya sederhana, hanya burung goreng dengan nasi dan sambal, tapi rasanya luar biasa. Gurih, manis, dan dagingnya empuk.
“Apalagi ini tidak banyak bisa dijumpai di warung-warung biasa,” katanya.
Warung ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyuguhkan nilai historis.
Dikelola oleh Sri Hartati, generasi ketiga dari keluarga pendiri, bahkan Hartati tidak ingat kapan neneknya mulai membuka warung tersebut.
Kini warung ini Warung Iwak Manuk Bu Mun telah menjadi ikon kuliner khas Undaan.
Pihaknya hanya mengolah burung liar dari sawah hasil tangkapan warga sekitar. Biasanya mereka menjaring burung di pagi hari.
“Yang pasti sejak saya belum lahir simbah sudah jualan iwak manuk,” kata Hartati.
Rahasia kelezatan burung goreng Bu Mun terletak pada cara memasaknya. Bumbu-bumbu dapur sederhana seperti bawang, ketumbar, dan kunyit diolah dengan telaten.
Proses memasaknya pun dilakukan secara tradisional: burung diungkep dengan api sedang dalam wajan besar hingga bumbu meresap sempurna.
Hasilnya adalah sajian burung goreng yang renyah di luar, tapi tetap empuk di dalam.
Setiap harinya, warung Bu Mun mampu menjual antara 50 hingga 70 porsi.
Harga seporsinya berkisar antara Rp25.000 hingga Rp50.000, tergantung jenis burung yang dipilih.
Dari keempat jenis yang tersedia, burung belibis cengger merah menjadi primadona pelanggan. Tekstur dagingnya yang lembut dengan cita rasa khas menjadikannya buruan utama.
Keberadaan Warung Ikan Burung Bu Mun menjadi bukti bahwa kuliner lokal, meski terkesan nyeleneh, tetap memiliki tempat di hati para pecinta rasa.
Jadi, jika suatu hari Anda melintas di Jalan Kudus–Purwodadi, sempatkanlah mampir ke Desa Kalirejo.
Siapa tahu, seporsi burung goreng hangat di atas piring nasi dan sambal sederhana akan menjadi pengalaman kuliner yang tak terlupakan. (*)
Rebranding Kopi Muria Jadi Kopi Kudus, Kopi Identitas Kota Kretek Mendunia |
![]() |
---|
Kuliner Kudus : Lezatnya Keong Sruput Ibu Puji Hanya Rp 5.000/Porsi, Kuliner Legendaris Murah Meriah |
![]() |
---|
Gethuk Nyimut Khas Lereng Muria Cocok Jadi Oleh-oleh Liburan Natal dan Tahun Baru |
![]() |
---|
Sate Kambing Pak Dul Kudus, Bisa Jadi Pilihan Menu Makan Siang |
![]() |
---|
Triyanto, Sang Peracik Sirup Penyubur Kandungan dari Lereng Muria |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.