Idul Adha 2025
Menjelang Iduladha, Perajin Besek Jepara Kebanjiran Order karena Ramah Lingkungan dan Praktis
Perajin besek Jepara panen pesanan jelang Iduladha. Besek bambu jadi pilihan ramah lingkungan untuk wadah daging kurban.
Penulis: Tito Isna Utama | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, JEPARA -- Menjelang Hari Raya Iduladha 1446 Hijriah atau tahun 2025, geliat usaha mikro berbasis tradisi kembali mencuri perhatian.
Salah satunya adalah para perajin besek di Jepara, Jawa Tengah, yang tengah kebanjiran pesanan. Fenomena ini bukan hanya menunjukkan peningkatan kebutuhan saat momentum kurban, tetapi juga menandakan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan wadah ramah lingkungan.
Di tengah kampanye pengurangan penggunaan plastik, besek bambu menjadi solusi yang tak hanya fungsional, tapi juga bernilai budaya.
Besek digunakan untuk membungkus dan membagikan daging kurban kepada warga sekitar. Selain tampil natural dan estetis, besek juga mudah terurai di alam, berbeda dengan kantong plastik yang mencemari lingkungan.
Salah satu perajin besek yang merasakan lonjakan pesanan adalah Juminah, warga Desa Kalipucang Kulon, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara.
Sejak dua minggu terakhir, pesanan datang bertubi-tubi, terutama dari konsumen di wilayah Jepara hingga luar kota seperti Kudus.
“Mulai banyak pesan itu sejak akhir bulan kemarin. Jadi sekitar seminggu ini ngebut bikin pesanan,” ujar Juminah, Kamis (5/6/2025).
Pada hari-hari biasa, harga 10 pasang besek ukuran kecil dijual seharga Rp11.000. Namun saat menjelang Iduladha, harga naik menjadi Rp15.000 per 10 pasang.
Lonjakan permintaan ini membuat Juminah mampu memproduksi 50–100 pasang besek per hari, tergantung ukuran dan kerumitan.
Tak hanya ukuran kecil untuk kebutuhan standar, pesanan juga datang untuk besek berukuran besar yang mampu menampung hingga 3 kilogram daging. Untuk ukuran ini, Juminah menjual dengan harga Rp35.000 per 10 buah.
Tradisi yang Diturunkan dari Orang Tua
Menariknya, keterampilan membuat besek telah digeluti Juminah sejak kecil, diwarisi langsung dari orang tuanya.
Di luar momen Iduladha, besek produksinya biasa digunakan untuk wadah tape, hajatan, hingga dibuat menjadi tali dari bambu untuk keperluan adat dan dekorasi.
“Sudah biasa bikin sejak kecil, bantu orang tua. Kalau hari biasa untuk tape, kadang buat acara nikahan juga,” tambah Juminah.
Tingginya permintaan terhadap besek bukan hanya memberi keuntungan finansial bagi perajin seperti Juminah, tapi juga membuka mata kita akan pentingnya mendukung produk lokal yang berkelanjutan.
Bosan Masak Gule dan Tengkleng, Warga Penuhi Kawasan Gang Banteng |
![]() |
---|
Dari Kampus untuk sesama, UPGRIS salurkan 1.250 paket daging kurban pada momen Idul Adha 1446 H |
![]() |
---|
Warga Wajib Celup Jari ke Tinta saat Ambil Daging Kurban di Desa Tembok Kidul Tegal |
![]() |
---|
PSI Kota Semarang Sembelih 9 Ekor Kambing dan Membagikan 300 Paket Daging Kurban pada Masyarakat |
![]() |
---|
Polres Semarang Sembelih 12 Hewan Kurban untuk Personel dan Warga dalam Momen Iduladha 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.