Sidang Kasus Kematian Dokter Aulia
Saksi Ungkap Dokter Aulia Risma PPDS Undip Dibully gara-gara Telat Beli Kopi dan Salah Beli Rokok
Dokter Aulia Risma pernah bercerita dimaki-maki cukup lama hanya karena salah membeli rokok.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: M Syofri Kurniawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sidang pemeriksaan saksi kasus perundungan dan pemerasan pada program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) mengungkap bentuk perundungan yang dilakukan oleh terdakwa Zara Yupita Azra.
Terdakwa Zara merupakan senior Aulia Risma Lestari korban dari perundungan dan pemerasan PPDS Undip.
Keterangan saksi yang mengarah pada tindakan perundangan diungkapkan oleh saksi Nadia adik dari korban Aulia dan Nur Diah kusumardani yang mereka sahabat dari Aulia di Pengadilan Negeri (PN) Semarang, Rabu (4/6/2025) malam.
Baca juga: Ibunda Aulia Risma Lega Selepas Beri Kesaksian di Persidangan: Ingin Hukum Seadil-adilnya
Dalam kesaksian di persidangan, Nadia mengungkapkan, tindakan perundungan sudah diterima kakaknya Aulia sejak hari pertama diterima dalam program PPDS Undip pada Mei 2022.
Menurutnya, korban sering bercerita kepadanya soal tugas dari senior yang mengeksploitasi fisik karena tugasnya berupa mengerjakan tugas pribadi senior di antaranya tugas ilmiah, tesis, dan translet jurnal.
"Alhamarhumah mendapatkan tugas sangat. Belum lagi tugas untuk membeli parfum, membeli makanan, hingga memesan kamar hotel untuk senior," tuturnya.
Nadia juga mengungkapkan, tiga bulan saat mengikuti program PPDS , korban sudah dimarahi oleh terdakwa Zara hanya karena terlambat membelikan kopi.
"Korban curhat sangat banyak. Dia sampai berobat ke psikolog pada November 2022 karena tekan psikis saat ikut program itu," terangnya.
Sahabat Aulia Risma, Nur Diah kusumardani mengatakan, faktor utama Aulia alami depresi adalah tekanan dari senior. Sejauh Aulia bercerita, kata Diah, korban pernah menyebutkan nama seniornya di antaranya Indra dan Zara.
Soal Indra, Aulia pernah bercerita dimaki-maki cukup lama hanya karena salah membeli rokok.
"Untuk Zara, korban mengaku tidak mau urusan sama dia. Dia yang menyebabkan korban depresi. Omongan itu benar-benar ada," paparnya.
Mengenai kesaksian itu, Zara menyangkalnya. Dia berdalih, beban kerja berlebihan yang diberikan ke Aulia merupakan tugas dari senior. Dia yang berada dalam satu divisi dengan korban yakni divisi ilmiah maka memberikan tugas itu ke korban.
"Soal beli parfum dan kopi itu tekanan senior kepada saya lalu saya operkan ke almarhumah. Saya operkan tradisi itu ke adik kelas (almarhumah) itu arahan dari senior," kata Zara.
Kuasa hukum dari tiga terdakwa, Agung Utoyo menyebut, sidang kali ini masih permulaan sehingga belum bisa menilai apapun.
"Saksi baru 6. Masih awal," terangnya.
Setelah Dokter Aulia Risma Meninggal, Taufik Perintahkan Mahasiswa PPDS Undip Ganti Handphone |
![]() |
---|
Saksi Digital Forensik Temukan Bukti Penguat Tindakan Pemerasan dan Ancaman PPDS Undip |
![]() |
---|
Begini Cara Taufik Kumpulkan Uang Mahasiswa PPDS Anestesi Undip Rp40 Juta per Orang Berdalih BOP |
![]() |
---|
Perintah Taufik setelah Kematian Dr Aulia Risma Mahasiswi PPDS Undip Viral: Sembunyikan Barang Bukti |
![]() |
---|
"Bullying Itu Ada" Makian Anjing dan Goblok Jadi Makanan Harian Junior PPDS Anestesi Undip Semarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.