Demak
Grebek Besar Demak 2025 Pecahkan Rekor Muri, Begini Sejarah Terbentuknya Tradisi Tahunan Ini
Tradisi budaya tahunan Grebeg Besar di Kabupaten Demak kembali mencuri perhatian nasional.
Penulis: faisal affan | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Tradisi budaya tahunan Grebeg Besar di Kabupaten Demak kembali mencuri perhatian nasional.
Tahun 2025 ini, perayaan yang digelar menjelang Hari Raya Iduladha tersebut memecahkan rekor MURI untuk jumlah peserta kirab terbanyak yang menggunakan busana prajurit Bintoro, yakni sebanyak 594 orang.
Rekor ini secara resmi dicatat oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan diumumkan dalam seremoni yang berlangsung di Kompleks Makam Kadilangu, pada Jumat (6/6/2025).
Baca juga: Awas 5 Tahun Lagi! Pesisir Sayung Demak Bakal Tenggelam
Baca juga: Sebulan Lebih Dilanda Rob Jalur Pantura Semarang-Demak Berlumut, Begini Penanganan BPBD
Kepala MURI Semarang, Ari Andriani, menyampaikan apresiasi atas konsistensi Kabupaten Demak yang dalam empat tahun terakhir terus menorehkan prestasi budaya melalui Grebeg Besar.
“Kami apresiasi Pemerintah Kabupaten Demak karena dalam empat tahun terakhir selalu memecahkan rekor MURI,” ujarnya saat menyerahkan piagam penghargaan bernomor 12222/R.MURI/VI/2025.
Sebelumnya, Grebeg Besar Demak mencatat sejumlah rekor MURI lainnya, seperti dokar terbanyak (2022), sego padetan dan jamu coro terbanyak (2023), gunungan dan ancakan terbanyak (2024).
Kepala Dinas Pariwisata Demak, Endah Cahya Rini, mengatakan peserta yang mengikuti Grebeg Besa melebihi target yang telah ditentukan.
"Tahun ini, target awal adalah melibatkan 522 orang, namun saat hari pelaksanaan, jumlah peserta meningkat menjadi 594 orang berpakaian lengkap ala Prajurit Kesultanan Demak," terangnya, Minggu (8/6/2025).
Grebek Besar tahun ini menurut Endah mampu menarik ratusan ribu wisatawan untuk berkunjung ke Demak dan menyaksikan seni budaya yang digagas oleh Sunan Kalijaga itu.
"Ratusan ribu wisatawan hadir untuk menyaksikan Grebek Besar. Mereka berasal dari kabupaten sekitar dan tentunya masyarakat Demak sendiri," jelas Endah.
Dikutip dari jurnal ilmiah Universitas Sultan Agung Semarang (2020), yang berjudul Tradisi Grebeg Besar di Masyarakat Kabupaten Demak, Grebek Besar diselenggarakan tepat pada 10 Dzulhijjah, atau bertepatan dengan Hari Raya Iduladha.
Masyarakat Jawa menyebut bulan Dzulhijjah dengan istilah bulan Besar karena pada bulan ini terdapat Hari Raya kedua umat Islam setelah Idulfitri. Dari sinilah nama Grebeg Besar berasal.
Dalam bahasa Jawa, “Grebeg” atau “Garebeg” mengandung makna suara angin yang menderu, atau dalam konteks budaya, berarti iring-iringan untuk menghormati raja atau tokoh penting. Sementara kata “Besar” merujuk pada bulan Besar dalam kalender Hijriyah (Dzulhijjah).
Grebeg Besar secara filosofis bermakna kumpulnya umat Islam dalam sebuah perayaan besar untuk kepentingan dakwah Islamiyah.
Tradisi Grebeg Besar pertama kali dilaksanakan pada 10 Dzulhijjah 1428 Caka, atau sekitar tahun 1506 Masehi, sebagai peringatan 40 hari penyempurnaan Masjid Agung Demak. Masjid ini sendiri dibangun oleh Walisongo pada tahun 1399 Caka (1477 M), dan peresmiannya dilakukan oleh Sunan Giri.(afn)
| Inilah Sosok Pelaku Pembunuhan Pria Bertato di Demak, Tiga Orang Perempuan |
|
|---|
| Ini Penyebab Kemacetan di Mranggen Demak, Polisi Ambil Tindakan |
|
|---|
| Jalan Demak Kudus Tertutup Setelah Pohon dan Baliho Roboh Diterjang Angin |
|
|---|
| Delman Masih Jadi Daya Tarik Wisata dan Transportasi Tradisional di Demak |
|
|---|
| Kejari Demak Musnahkan Ribuan Barang Bukti Hasil Tindak Pidana, Hendra: Agar Tidak Disalahgunakan |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.