Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN SAIZU Purwokerto

Panggilan Haji Menggali Makna di Balik Seruan Nabi Ibrahim

Dr. Muhammad Ash-Shiddiqy, M.E : Panggilan Haji Menggali Makna di Balik Seruan Nabi Ibrahim

Editor: Editor Bisnis
ist
Dr. Muhammad Ash-Shiddiqy, M.E : Panggilan Haji Menggali Makna di Balik Seruan Nabi Ibrahim 


Syariat Haji Itu Tauqifiyah: Tak Bisa Diubah atau Dikreasikan


Abuya juga mengingatkan: fiqih harus tetap pada ranahnya. Haji adalah ibadah tauqifiyah, artinya segala bentuk pelaksanaannya telah ditentukan oleh syariat: waktu, tempat, dan tata cara tidak bisa diganti.


Haji tidak bisa diganti tempatnya ke Monas, tidak bisa dipindahkan bulannya, dan tidak bisa disesuaikan dengan kemauan manusia.
Haji bukan seperti syariat ghoiru tauqifiyah yang bisa dikreasikan: seperti sedekah, ukhuwah, atau silaturahim.


Haji adalah bentuk penghambaan paling sempurna dalam ranah ritual. Ia menuntut ketundukan total kepada syariat. Maka, tidak boleh ada upaya menyesuaikan syariat ini atas nama modernisasi atau kemudahan semata. Modernisasi boleh masuk dalam aspek teknis (transportasi, akomodasi), tapi tidak boleh mengubah substansi ibadah haji itu sendiri.

 


Tanda-Tanda Haji Mabrur


Haji bukan hanya perjalanan fisik, tapi perjalanan jiwa menuju maqam ubudiyah tertinggi. Dan bukan semua haji otomatis mabrur. Maka penting kita renungi tanda-tanda haji yang diterima (mabrur), seperti disabdakan Nabi SAW:


“Al-hajju al-mabrur laysa lahu jaza’un illa al-jannah”
“Haji yang mabrur tidak ada balasannya selain surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)


Apa saja tandanya?
 1. Dana haji berasal dari harta halal. Haji dengan uang haram akan menjadi tamasya mahal tanpa nilai spiritual.
 2. Manasik dijalankan sesuai syariat, bukan sekadar formalitas.
 3. Sepulang dari haji, akhlaknya lebih baik. Ia menjadi pribadi yang lebih jujur, sabar, rendah hati, dan konsisten dalam ibadah.


Haji mabrur adalah saat jiwa berubah, bukan sekadar status sosial bertambah. Haji mabrur menandai bahwa haji bukan hanya selesai di Mina, Arafah, atau Mekkah, tapi terus berlanjut dalam keseharian setelah pulang.

 


Jangan Takut Melangkah, Jangan Tunda Jawaban


Maka, bagi siapa saja yang merasa belum pernah berhaji, jangan gentar. Mungkin Anda adalah salah satu yang dulu menjawab “labbaik” saat seruan Nabi Ibrahim berkumandang. Tinggal satu hal: jawaban itu harus diwujudkan dalam tindakan nyata.


Haji itu tidak selalu dimulai dengan kaya raya, tapi dengan keyakinan.
Haji itu bukan tentang menunggu tua, tapi tentang kesiapan jiwa.
Haji itu bukan urusan politik, tren, atau gaya hidup tapi jawaban atas panggilan Allah yang paling tulus dan terdalam.


Mari bersihkan niat, luruskan cara, dan mulai melangkah.
InsyaAllah, jika kita termasuk yang menjawab “labbaik”, maka Allah akan membuka jalan dari penjuru yang tak disangka-sangka.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved