Berita Semarang
Kembali ke Fasad Awal, Saat Wajah Lama Stasiun Tawang Semarang Dicuci dari Debu Waktu
Wajah Stasiun Semarang Tawang, peninggalan kolonial coba dibangkitkan dari ingatan masa lalu
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wajah Stasiun Semarang Tawang, peninggalan kolonial coba dibangkitkan dari ingatan masa lalu.
Wajah sedang dicari kembali. Wajah yang pernah menatap datang-pergi para tuan tanah, insinyur Belanda, pegawai kereta.
Stasiun yang pertama kali beroperasi pada 1 Juni 1914 itu kini tengah mengalami proses “beautifikasi” kata yang digunakan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 4 Semarang untuk menyebut revitalisasi arsitektur dan pelayanan.
Tapi lebih dari sekadar cantik-cantikan, proyek ini sejatinya adalah sebuah pemanggilan sejarah.
Baca juga: Cerita Perjalanan Mewah Kevin Warga Jakarta Naik Suite Class Compartment di Stasiun Semarang Tawang
“Yang utama adalah kita kembalikan fasad stasiun ke bentuk aslinya,” ujar Franoto Wibowo, Manajer Humas KAI Daop 4 saat dikonfirmasi Tribunjateng, Senin (16/6/2025).
“Ini adalah bangunan heritage, peninggalan kolonial. Kita ingin orang kembali melihat kemegahannya bahwa ini dulu simbol kemajuan transportasi di masa Hindia Belanda," tuturnya.

Di balik pintu-pintu kayu dan jendela kaca patri itu, kolonialisme pernah hadir dalam bentuk paling rapi, sistematis, monumental, dan arsitektural.
Stasiun Tawang dibangun oleh Staatsspoorwegen sebagai salah satu simpul penting jalur kereta pantura. Gaya Indische Empire yang dipakai dengan kubah tengah yang menjulang dan lengkung bangunan yang simetris, menunjukkan betapa transportasi saat itu adalah bagian dari kekuasaan.
Namun seperti kebanyakan warisan kolonial, Tawang telah ditambal sulam oleh zaman. Fasadnya tertutup oleh deretan tenan modern, pagar besi menghalangi pandangan, dan banjir tahunan menciptakan bayang-bayang muram pada bangunan yang dulunya anggun, sehingga beberapa titik harus ditinggikan.
Kini, lewat proyek revitalisasi yang dimulai 5 Mei 2025, wajah kolonial itu coba “dicuci” dari debu waktu.
Proyek tahap pertama akan berlangsung selama 240 hari hingga akhir Desember 2025, mencakup area hall dan sisi barat bangunan.
Langkah awalnya membongkar pagar, menata ulang tenan, dan meratakan lantai agar seluruh ruang berada pada ketinggian yang seragam, layaknya zaman kolonial.
“Relokasi juga kami lakukan untuk tenan-tenan yang selama ini menutupi tampilan depan. Harapannya, orang bisa melihat langsung bangunan ini dari kejauhan, seperti dulu saat kereta uap baru masuk kota," tuturnya.
Selain kembalinya detail kolonial seperti bentuk pintu, ornamen dinding, dan penataan taman depan, revitalisasi juga menyasar fungsionalitas.
Mengingat kawasan Tawang langganan banjir saat hujan deras, KAI menyiapkan 16 pompa air bertenaga besar untuk mencegah genangan, memastikan bahwa kemegahan kolonial tidak dihalangi oleh genangan modern.
Harga Beras Medium di Semarang Tembus Rp15 Ribu per Kilogram, Ini Penyebabnya |
![]() |
---|
Percontohan Nasional, Koperasi Merah Putih Gedawang Tembus Omzet Rp 69 Juta dalam 1,5 Bulan |
![]() |
---|
Wali Kota Semarang Anjurkan Pedagang Kelontong Kulakan di Koperasi Merah Putih |
![]() |
---|
Pemkot Semarang Wajibkan ASN Jadi Anggota KKMP, Wali Kota: Akan Dipantau Kepala Dinas dan Kabag |
![]() |
---|
Sosok Rohmat Sukur, Warga Semarang Terlibat Penculikan Kacab Bank BUMN: Sering Nyupiri Bos |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.