Readers Note
KKN Jadi Panggung Nyata Penggemblengan Mental Mahasiswa
SETIAP tahun ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia dikirim ke pelosok desa dan wilayah pinggiran melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN).
KKN Jadi Panggung Nyata Penggemblengan Mental Mahasiswa
Oleh Dr Elinda Rizkasari, SPd, MPd, Dosen Prodi PGSD Unisri Surakarta
SETIAP tahun ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia dikirim ke pelosok desa dan wilayah pinggiran melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Sebagian menganggapnya sekedar kewajiban akademik. Namun sesungguhnya, KKN adalah panggung kehidupan yang memberi pelajaran jauh lebih dalam daripada ruang kelas mana pun.
Di desa-desa itulah mahasiswa dihadapkan langsung dengan realitas: keterbatasan infrastruktur, rendahnya akses pendidikan, dan masalah sosial yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan teori. Mahasiswa belajar untuk mendengar, merespons, dan mencari solusi secara kolaboratif dengan masyarakat. Di sinilah nilai terbesar KKN: membentuk karakter dan daya juang.
Manfaat KKN tidak hanya untuk masyarakat, tetapi terutama bagi mahasiswa sendiri. Pengalaman tinggal dan berinteraksi langsung dengan warga setempat memaksa mahasiswa keluar dari zona nyaman. Mereka dituntut untuk mandiri, tangguh, dan adaptif. Konflik internal tim, perbedaan budaya, hingga tekanan dari harapan masyarakat membentuk kedewasaan sosial yang tidak dapat diperoleh dari buku atau perkuliahan daring.
KKN juga menjadi ajang penting mengasah soft skill. Mahasiswa belajar memimpin, berbicara di depan publik, menyusun program kerja, hingga melakukan evaluasi dampak kegiatan. Kemampuan ini sangat dibutuhkan di dunia kerja nanti, yang tidak hanya menuntut kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional dan sosial.
Lebih dari itu, KKN menghadirkan momen reflektif. Banyak mahasiswa yang untuk pertama kalinya melihat betapa timpangnya akses pendidikan dan kesehatan antara kota dan desa. Dari sinilah muncul kesadaran sosial dan keinginan untuk berkontribusi lebih luas bagi negeri. Tak sedikit alumni KKN yang akhirnya mengabdi sebagai guru, aktivis, atau relawan di tempat-tempat yang pernah mereka singgahi.
Namun demikian, agar manfaat KKN benar-benar maksimal, diperlukan pembenahan dalam pelaksanaan. Pembekalan mahasiswa harus diperkuat, tidak hanya dalam aspek teknis tetapi juga kesiapan mental. Selain itu, kolaborasi antara kampus dan pemerintah daerah perlu ditingkatkan agar program yang dijalankan benar-benar selaras dengan kebutuhan lokal.
KKN bukanlah formalitas. Ia adalah jembatan penting antara dunia akademik dan realitas sosial. Melalui KKN, mahasiswa dilatih menjadi agen perubahan - bukan hanya pintar, tetapi juga peka dan berani terlibat langsung dalam problem masyarakat.
Di era digital ini, ketika interaksi manusia mulai tergeser oleh layar, KKN menjadi ruang yang menghidupkan kembali nilai-nilai dasar: empati, kerja sama, dan gotong royong. Tiga nilai yang justru menjadi bekal utama untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih adil dan beradab.
Sudah saatnya kita memandang KKN bukan sebagai beban akademik, melainkan sebagai momen emas pembentukan karakter mahasiswa. Karena sejatinya, bangsa besar tidak hanya dibangun oleh lulusan terbaik, tetapi oleh generasi yang mau turun tangan untuk menyelesaikan masalah bersama rakyat.
Selain program KKN juga program wajib militer, kiranya perlu ke depan menjadi program tersendiri, teknisnya dapat dikemas seperti program bela negara saat penerimaan CPNS, sedini mungkin mahasiswa dibekali pembetukan karakter disiplin dan nasionalisme, agar kelak mereka dapat menjadi agen perubahan yang jauh lebih baik dan unggul, siap menghadapi segala tantangan kehidupan baik dari dalam maupun dari luar negeri. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.