UIN SAIZU Purwokerto
Wilāyat al-Faqīh dan Ekonomi Iran: Kajian Politik-Spiritual dalam Lanskap Ekonomi Global
Berikut essai karya Dr. Muhammad Ashshiddiqy, akademisi UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.
5. Pendidikan dan Teknologi sebagai Pilar Ekonomi
Iran menyadari bahwa kunci kekuatan masa depan adalah ilmu. Maka sejak revolusi, anggaran pendidikan dan riset selalu tinggi. Mereka menghasilkan ribuan ilmuwan dan pakar setiap tahun, termasuk di bidang:
• Fisika nuklir
• Bioteknologi
• Teknologi militer
• Farmasi dan kedokteran
• Teknik dan komputer
Yang menarik, perempuan Iran memiliki partisipasi sangat tinggi dalam pendidikan tinggi, bahkan dalam jurusan teknik dan kedokteran. Hal ini menepis stereotip bahwa sistem Islam Syiah menindas perempuan – dalam konteks Iran, justru perempuan diberi ruang luas untuk berprestasi.
6. Kritik dan Tantangan: Demokrasi, Kebebasan, dan Sanksi
Tentu saja sistem Wilāyat al-Faqīh tidak lepas dari kritik. Banyak pengamat menyebut bahwa sistem ini terlalu sentralistik dan menyulitkan demokrasi liberal. Ada pula catatan soal kebebasan politik dan hak individu. Namun perlu dicatat bahwa model ini lahir dalam konteks dunia Islam yang berhadapan dengan kolonialisme dan dominasi asing.
Iran memilih “model Islam” sebagai jalan politik dan ekonominya – bukan mengikuti sistem kapitalis Barat atau sosialisme Timur.
Sementara itu, sanksi ekonomi tetap menjadi tantangan besar. Meskipun telah menunjukkan ketahanan, inflasi, keterbatasan akses dolar, dan penurunan kualitas hidup masih menjadi masalah nyata. Namun, Iran tetap menegaskan bahwa harga kemerdekaan dan martabat tidak murah – dan ekonomi resistensi adalah bentuk jihad jangka panjang.
7. Pelajaran bagi Dunia Muslim dan Indonesia
Apa yang bisa dipetik dari model Iran dan ekonomi Syiah?
1. Kemandirian Ekonomi Itu Mungkin
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.