Berita Semarang
Insentif Nakes Covid-19 Belum Dibayarkan, RSWN: Tugas Rumah Sakit Hanya Verifikasi Data Pegawai
Rumah Sakit Daerah Kanjeng Raden Mas Temanggung (KRMT) Wonongsonegoro (RSWN) menanggapi terbitnya rekomendasi Ombudsman RI
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Rumah Sakit Daerah Kanjeng Raden Mas Temanggung (KRMT) Wonongsonegoro (RSWN) menanggapi terbitnya rekomendasi Ombudsman RI mengenai belum dibayarkannya Insentif Tenaga Kesehatan Daerah (Inakesda) tahun 2021-2022 dalam penanganan pandemi Covid-19 oleh Pemerintah Kota Semarang.
Direktur Utama RSWN, dr Eko Krisnarto mengungkapkan, RSWN tidak memiliki kewajiban dalam pembayaran insentif tersebut.
Ia menyebut, rumah sakit hanya memiliki peran dalam verifikasi data pegawai yang terlibat dalam penanganan pasien Covid-19.
"Tugas rumah sakit kan hanya memverifikasi pegawai-pegawai yang merawat pasien Covid 19: mengenai berapa harinya, sesuai aturan yang sebelum-sebelumnya," kata Eko melalui sambungan telepon, Selasa (24/6/2025) malam.
Eko melanjutkan, pada tahun 2022, pandemi Covid-19 sudah mulai mereda. Namun, data pegawai yang masih merawat pasien Covid-19 tetap dimasukkan ke dalam sistem e-insentif Kementerian Kesehatan.
Seiring dengan itu, Kementerian Kesehatan menerbitkan peraturan baru bahwa insentif bagi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah akan dibayarkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), bukan lagi oleh pemerintah pusat seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Nah, tahun sebelumnya melalui Kemenkes, tapi tahun itu terus ada aturan itu. Tapi dikatakan juga di situ tergantung dari kekuatan finansial daerah. Tugas rumah sakit hanya itu saja: hanya memasukkan pegawai-pegawai yang merawat (pasien) Covid-19," katanya.
Ia juga menambahkan bahwa insentif hanya berlangsung selama dua bulan, yakni Februari dan Maret 2022, karena setelah April rumah sakit tidak lagi merawat pasien Covid-19.
“Tugas rumah sakit hanya memasukkan pegawai-pegawai yang merawat Covid. Kebetulan saat itu hanya bulan Februari dan Maret,” ujarnya.
Terkait rekomendasi Ombudsman yang menyebut adanya maladministrasi dan meminta Pemkot Semarang untuk membayar insentif tersebut, dr Eko menegaskan bahwa tidak ada temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama tahun 2022 terkait masalah itu.
"Itu tadi karena aturannya kan sebenarnya juga enggak salah pada tahun 2022, itu akhir juga dari BPK enggak ada temuan," tegasnya.
Menurutnya, kewenangan pengusulan dan pembayaran insentif melalui APBD berada di Dinas Kesehatan Kota (DKK), bukan di pihak rumah sakit.
"Kalau APBD itu kan karena urusan pemerintah kesehatan ada di DKK, maka DKK yang mengusulkan semua karyawan, baik dari RSWN maupun Puskesmas atau Pustu yang merawat Covid. Cuma pada waktu itu dialihkan untuk refocusing pemulihan ekonomi,” katanya.
Eko juga mengklaim, selama itu juga tenaga kesehatan di RSWN tetap menerima jasa pelayanan sebagaimana ketentuan internal rumah sakit.
Saat ditanya mengenai langkah RSWN ke depan setelah terbitnya rekomendasi Ombudsman, ia menyatakan bahwa rumah sakit tidak memiliki kewenangan untuk menanggapi hal tersebut.
Daftar Lokasi Temuan Sesar Aktif di Semarang Berpotensi Terjadi Gempa Besar, Ada di Pusat Kota |
![]() |
---|
Dari Laut ke Bengkel Perahu: Hidup Ganda Yasin dan Nur Utomo Rawat Kehidupan Nelayan Semarang |
![]() |
---|
Beli Emas di Bawah Rp10 Juta Kini Bebas Pajak, Simak Aturan Terbaru yang Disahkan Pemerintah |
![]() |
---|
Jejak Adipati Pati di Semarang: Kisah Turmanto Juru Kunci di Tengah Rimbunnya Gunungpati |
![]() |
---|
SMKN 9 Semarang Siap Bersaing dalam ACC 2025 Tingkat Nasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.