Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Readers Note

Bahaya Self Diagnosis di Media Sosial

Fenomena mendiagnosis diri sendiri adalah sebuah masalah yang harus diperhatikan, konten kesehatan yang seharusnya positif bisa menjadi negatif

Editor: iswidodo
tribunjateng/dok pribadi
Raissa Anindya mahasiswa Psikologi SCU Semarang 

Melihat maraknya tren self diagnosis di kalangan remaja, diperlukan upaya preventif dan
edukatif. Hal ini bertujuan agar para remaja tidak melakukan self diagnosis yang dapat
memperburuk kondisi remaja kedepannya.

Dalam sebuah penelitian, untuk meningkatkan literasi kesehatan mental para remaja diperlukan pendekatan yang lebih menarik di mata remaja. Antara lain dengan memberikan informasi bahayanya self diagnosis dan kampanye kesadaran mental dengan tata bahasa yang gampang dipahami serta didukung visual yang menarik akan meningkatkan literasi kesehatan mental remaja.

Pemberian informasi tentang pentingnya mencari sumber valid dan akurat mengenai kondisi
kesehatan mental dapat menjadi intervensi agar remaja tidak langsung menelan hasil perhitungan kalkulator kesehatan mental yang mudah diakses oleh remaja. 

Selain itu, edukasi pentingnya untuk tidak meromantisasi gangguan mental dilakukan untuk meningkatkan sikap menghargai serta meningkatkan rasa simpati dan empati kepada orang-orang yang memang terdiagnosa memiliki gangguan mental.

Guru Konseling

Jika remaja merasakan gejala yang mengganggu kegiatan sehari-hari, remaja bisa segera bercerita kepada guru konseling. Guru dapat memantau kondisi remaja dan dapat merujuk
ke profesional. 

Perlu diketahui, layanan konseling psikolog saat ini dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan. Langkah ini diperlukan agar penanganan yang dilakukan tidak terlambat dan mencegah kondisi remaja semakin memburuk. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved