Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jepara

"Mata Melihat ke Atas Tanpa Suara": Kisah Haru Orang Tua Selamatkan Bayinya Usai Imunisasi di Jepara

Pasangan suami istri muda asal Jepara kehilangan bayinya setelah 15 hari disuntik imunisasi DPT.

Penulis: Tito Isna Utama | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG/TITO ISNA UTAMA.
ORANG TUA - Pasangan suami istri, Mauliddiva Muhammad Kenangkana (26) dan Reza Muia Agustina (20) warga Desa Wanusobo RT 5 RW 1, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara melihat hasil Lab dari pemeriksaan bayinya meninggal dunia akibat imunisasi. 

TRIBUNJATENG.COM, JEPARA - Pasangan suami istri muda asal Desa Wanusobo, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, harus menelan kenyataan pahit setelah ditinggal pergi meninggal dunia anak perempuan pertamanya yang baru berusia dua bulan seusai mendapatkan imunisasi DPT 1 dari Posyandu setempat.

Musibah tersebut menimpa pasangan suami istri, Mauliddiva Muhammad Kenangkana (26) dan Reza Muia Agustina (20) warga Desa Wanusobo RT 5 RW 1, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara.

Suasana haru dan kecewa pun masih menyelimuti kediamaan Diffa bersama istrinya.

Baca juga: Wabah Gondongan Mengancam Semarang, Segera Istirahat dan Imunisasi!

Pasangan yang baru menikah di tahun 2023 itu baru karuniai anak pertama pada tanggal 2 April 2025 kemarin.

"Setelah melahirkan secara sesar di PKU pada 2 April itu pulang kerumah anak masih aktif dan tertawa," ucap kepada Tribunjateng, Rabu (9/7/2025).

Kebahagiaan anak pertama pasangan Diva (26) dan Reza (20) tidak berjalan dengan lama, anak yang masih berusia 2 bulan itu harus tutup usia dengan singkat setelah menjalani beberapa perawatan akibat mendapatkan imunisasi tahap kedua DPT 1 di Posyandu Desa Wanusobo.

Diva dan Reza pun masih menginggat dengan jelas kenangan anak pertama mereka.

"Meninggalnya anak saya itu pada kemarin Minggu pagi sekiranya pukul 08.07 WIB, 29 Juni," kata Diva 

Dia menjelaskan kejadian berawal dari ketika istrinya sedang mengandung dihampiri oleh seorang bidan desa untuk menyarankan anaknya bisa di imunisasi di Desa Wanusobo.

"Waktu hendak mau lahiran saya mau pergi belanja di belakang rumah didatangi bidan untuk bisa melakukan imunasi di Posyandu disini," ujarnya.

Mendapatkan tawar tersebut, Diva (26) yang merasa sebagai pendatang cukup senang dengan kepedulian dari bidan desa.

Pada imunisasi pertama pada 15 Mei berjalan dengan lancar tanpa kendala.

"Pertama itu imunisasi di Posyandu disuntuk di lengang kanan, pulang dari imunisasi anak masih beraktiftas seperti biasa," ucapnya.

Ketika tidak ada kejanggalan, Reza (20) istri Diva pun melanjutkan memberikan imunisasi tahan kedua kepada anaknya pada tanggal 12 Juni di Posyandu yang sama.

"Untuk imunisasi kedua itu disuntik di bagian paha kiri, seusai disuntik bidan bilang nanti ada efeknya panas sampai dua sampai tiga hari kalau ada pembengkaan di kompres saja," ujarnya.

Seusai mendapatkan imunisasi kedua, apa yang dikatakan oleh bidan desa tersebut ternyata benar terjadi menimpa anak dari Diva dan Reza.

Bidan desa juga sempat menyarankan jika terjadi panas bisa dibelikan obat Sanmol

"Pada Jumat sore setelah imunisasi pada Kamis 12 Juni, anak langsung demam itu sampai 39 derajat. Itu saya langsung minumin obat yang disarankan bidan," tuturnya.

Saat anaknya merasa demam yang cukup tinggi, Diva beserta istri seponta untuk melakukan berbagai cara supaya panas yang menimpa anaknya cukup reda.

Saat diberikan obat pun, sang anak kadang menolak pemberikan obat.

Akhirnya, istri Diva mencoba untuk memberikan air asi kepada anaknya.

"Obat pertama diberikan mau, tapi masih panas kedua itu tidak mau langsung diberi asi masih mau tapi setelah diberikan asi beberapa saat muntah-muntah," ujarnya.

Tidak hanya panas saja, paha sang bayi juga mengalami pembengkaan.

Panas dan bengkak pada sang anak berjalan sampai tiga hari sesuai dengan perkiraan dari bidan desa.

"Bengkak dan panas mulai mereda alhamdhulilah saya reda dan anak sempat beraktifitas seperti biasa," tuturnya.

Saat setelah 14 - 15 hari setelah mendapatkan imunisasi tahap kedua DPT 1, tiba-tiba anak Diva dan Reza terbangun tidurnya di tengah malam.

"Sekiranya pukul 01.00 WIB tengah malam, anak terbangun dengan mata melihat diatas tanpa bersuara tidak menangis," ungkapnya.

Melihat itu, Diffa dan istri hanya bisa berusaha sebisanya.

Ketika pagi harinya, Diffa dan istri langsung mencoba memeriksa kepada dokter yang berada di dekat rumahnya.

"Saya periksakan anak ke Klinik Dokter Fuad itu di Lab hasilnya anaknya mengalami dihidrasi dan ada infeksi bakteri yang sudah menyebar keseluruh tubuh," ujarnya 

Mendapatkan hasil tersebut, Diffa meminta ke pada dokter untuk membuat rujukan ke PKU Mayong supaya mendapatkan perawatan lebih lanjut.

"Anak langsung di rujuk ke rumah sakit PKU Mayong, keadaannya sudah parah masuk IGD," tuturnya.

Sesampai di rumah sakit PKU Mayong, bayi langsung mendapatkan perawatan intensif.

"Di IGD di infus nyarik nadinya susah karena masih bayi dicari sampai 4 sampai 7 kali baru ketemu," ucapnya.

Saat mendapatkan perawatan kata Diva, keadaan bayi tidak bersuara.

"Menyuara tidak mau, sorenya di pindah ke ruangan ICU Pikuniku dan dipasang ventilator," tuturnya.

Berjalannya waktu, kondisi bayi bisa membaik namun ternyata kondisi tersebut menjadi awalan bayi Diva menjadi memburuk.

"Alhamdhulilah malam Sabtu bisa nangis sebentar, menjelang paginya kejang jantung sempat berhenti," ungkapnya.

Baca juga: 4 Cara Cek DPT Pilkada 2024, Bisa Lewat cekdptonline.kpu.go.id

Saat kondisi memburuk, dokter pun mengambil tindakan untuk memberikan alat ventilator supaya bayi dari Diffa bisa bernafas.

Namun kenyataan berkata berbeda, pada Minggu pagi sekiranya pukul 08.07 WIB, Bayi dari pasangan Diva dan Reza dinyatakan meninggal dunia.

"Dokter ambil tindakan memasang ventilator kondisi semakin menurun, malam minggu anak masih ada respon kakinya, tapi Allah berkehendak lain," tutupnya. (Ito)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved