Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

berita banyumas

"Pembeli Belanja Drive Thru di Lorong!" Keluhan Pedagang Dalam Pasar Wage Ungkap Kondisi Miris

Banyak pedagang yang sebelumnya menempati lapak memilih berjualan di lorong Pasar Wage Banyumas karena pembeli yang malas masuk ke dalam.

Tribunjateng/Permata Putra Sejati 
PENATAAN PASAR - Suasana di lorong Pasar Wage Purwokerto, yang masih digunakan sebagai tempat berjualan, Kamis (10/7/2025). Dinas telah memasang spanduk larangan dan memberikan Surat Peringatan (SP) kepada pedagang yang masih nekat berjualan di lorong pasar. 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Penataan pedagang di lorong di Pasar Wage Purwokerto kembali menjadi sorotan. 

Pasalnya, keberadaan pedagang yang berjualan di lorong pasar justru mengakibatkan pedagang di dalam blok-blok pasar merasa terdampak karena lebih sepi. 

Baca juga: Bukan Lagi Area Berjualan: Lorong Pasar Wage Purwokerto Akan Jadi Jalur Sirkulasi dan Parkir

Kepala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Banyumas, Gesang Tri Joko, menjelaskan saat ini fokus penataan pedagang ditujukan khusus untuk mereka yang berada di lorong pasar. 

Lorong yang dimaksud merupakan akses dari arah barat pintu masuk eskalator hingga ke timur dan utara pasar.

"Penataan ini difokuskan untuk pedagang lorong. 

Lorong pasar sebenarnya diprioritaskan sebagai jalur sirkulasi dan lahan parkir, terutama untuk kendaraan roda dua pengunjung," kata Gesang kepada Tribunjateng.com, Rabu (10/7/2025).

Namun dalam perjalanannya, satu-dua pedagang mulai berjualan di lorong, lalu diikuti oleh pedagang lainnya. 

Kondisi ini diperparah dengan kehadiran pedagang tiban, yaitu pedagang yang tidak memiliki lapak resmi di dalam blok, namun nekat berjualan di area tersebut.

"Pedagang yang berada di lorong bukan hanya mereka yang punya lapak di dalam. Banyak juga pedagang tiban. 

Akhirnya jadi semrawut, tidak hanya mengganggu fungsi lorong sebagai area parkir, tapi juga mengganggu kelancaran aktivitas pasar," jelasnya. 

Pasar Wage terdiri dari berbagai blok, di antaranya Blok A dan B di lantai satu, serta Blok S, T, dan U di lantai dua. 

Di dalam masing-masing blok terdapat kios dan los yang telah ditata rapi. 

Kios berukuran besar, sekitar 6x3 hingga 6x4 meter, sedangkan los rata-rata berukuran 1x2 meter.

Sayangnya, banyak pedagang yang sebelumnya menempati lapak di dalam blok justru memilih pindah ke lorong pasar karena merasa tidak puas atau mengeluhkan sepinya pembeli.

"Pedagang di dalam keluar ke lorong. 

Kondisi ini berjalan lama. 

Akhirnya pembeli lebih memilih belanja drive thru, tidak perlu masuk ke dalam. 

Mereka bilang, 'Wong di lorong aja lengkap'," ungkap Gesang.

Akibatnya, area dalam pasar yang seharusnya menjadi pusat transaksi justru menjadi sepi. 

Jalur sirkulasi dan area parkir terganggu, bahkan pengunjung kesulitan sekadar melintas karena lorong dipenuhi lapak dagangan.

Kondisi ini membuat para pedagang yang masih bertahan di dalam blok merasa dirugikan. 

Pada Juni 2025 lalu, sebanyak 15 perwakilan pedagang dalam blok yang tergabung dalam Paguyuban Pedagang Pasar Wage (P3W) melakukan audiensi ke Dinperindag Banyumas.

Mereka menuntut agar pedagang di lorong dipindahkan kembali ke dalam blok, agar persaingan menjadi lebih adil dan kondisi pasar tidak semakin kacau.

"Mereka mengeluh, 'Kami di dalam sepi karena pengunjung beli di lorong'.  

Kami tanggapi dan langsung tindak lanjuti. 

Ini bukan soal iri, tapi soal ketertiban dan fungsi pasar," kata Gesang.

Tak hanya itu, P3W juga sempat melakukan audiensi ke Bupati Banyumas

Hasilnya, bupati telah menginstruksikan agar Dinperindag segera melakukan penataan.

"Sudah ada perintah dari bupati untuk dilakukan penataan. 

Ini penting agar fungsi-fungsi pasar kembali berjalan sebagaimana mestinya, tidak ada yang dirugikan," ujarnya.

Upaya Penertiban Masih Berlangsung

Gesang mengakui Dinperindag sudah beberapa kali melakukan penataan dan patroli. 

Baca juga: Pedagang Cabai Pasar Wage Purwokerto Sempat Panik, Harga Tembus Rp90 Ribu Imbas Aksi Sopir Truk

Namun, karena kurangnya pengawasan secara kontinyu, sejumlah pedagang kembali turun ke lorong.

"Sudah ditata, tapi namanya orang tidak puas, kalau lengah sedikit mereka keluar lagi. 

Ini yang membuat upaya penataan jadi tantangan," imbuhnya. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved