Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Dejavu Kasus Jessica Wongso dan Dante: Kasus Kematian Arya Diplomat Kemenlu

Kasus kematian Arya Daru dianggap dejavu kasus kematian Jessica Wongso dan Dante oleh seorang ahli digital forensik,  Abimanyu Wachjoewidajat.

Editor: galih permadi
KOLASE
ARYA KEMENLU TEWAS - Kolase foto (kiri) Arya saat bertugas sebagai Diplomat Kemenlu RI dan (kanan) Kamar kos tempat Arya ditemukan tewas dipasangi garis polisi. 

“Ponsel itu benda paling dekat dengan korban. Kalau semua datanya terhapus, itu patut dicurigai. Artinya ada kemungkinan intervensi pihak lain,” tegasnya.

Dalam banyak kasus bunuh diri, korban umumnya meninggalkan pesan, baik berupa tulisan, suara, atau teks digital. Jika tidak ditemukan jejak tersebut, maka motif bunuh diri semakin sulit dibuktikan.

Sementara itu, Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menduga bahwa kematian Arya mungkin disebabkan oleh bunuh diri.

Hal ini merujuk pada hasil penyelidikan awal yang menunjukkan tidak adanya tanda kekerasan serta kondisi kamar yang terkunci dari dalam.

Jika dugaan ini benar, cara Arya bunuh diri dinilai Adrianus cukup unik.

Menurut dia, Arya memilih mengakhiri hidupnya dengan cara yang halus. ”Biasanya, orang yang hendak bunuh diri memilih cara yang cepat dan efektif,” ujar Adrianus.

Para penyidik kepolisian keluar melalui pintu masuk utama dari kamar milik Arya Daru Pangayunan usai olah tempat kejadian perkara di Gondia Guest House, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (9/7/2025).

Kendati ada kemungkinan Arya dibunuh, Adrianus menegaskan bahwa tanpa adanya data yang mendukung, dugaan ini hanya sebatas asumsi belaka.

”Mungkin saja (Arya dibunuh oleh seseorang yang tidak meninggalkan jejak), tetapi saya lebih memilih untuk tidak berspekulasi. Saya lebih cenderung menggunakan pendekatan riset konvensional,” ujar Adrianus.

Adrianus mencatat bahwa berdasarkan data di lapangan yang diperoleh sejauh ini, tidak ditemukan bukti yang menunjukkan keterlibatan orang lain. Kamar kos tempat Arya ditemukan juga hanya bisa dibuka oleh korban itu sendiri, dan tidak ada tanda-tanda perlawanan atau indikasi kekerasan lainnya.

”Jika ada data yang mendukung, saya akan mengubah pandangan saya (tentang kemungkinan bunuh diri). Namun, selama belum ada data yang mendukung, saya rasa itu tidak bisa dipastikan,” katanya.

Adrianus menyatakan bahwa sebenarnya polisi sudah mengantongi banyak petunjuk penting. Menurutnya, penanganan yang kini dilimpahkan ke Polda Metro Jaya mengindikasikan adanya tahapan pendalaman yang lebih dalam.

“Dengan alat bantu seperti CCTV dan autopsi, maka saya menduga kuat bahwa sebetulnya polisi sudah mendapatkan informasi dari dokter maupun sumber lain,” kata Adrianus dalam tayangan Sapa Indonesia Malam, Senin (14/7/2025).

Adrianus justru menilai teori bunuh diri dalam kasus ini masih lemah, sebab tidak ditemukan tanda konsumsi obat seperti obat tidur atau penenang, yang lazim digunakan dalam bunuh diri untuk mengurangi rasa sakit atau mencegah panik.

“Teori bunuh diri juga ada kelemahannya. Misalnya, tidak ada obat yang digunakan untuk membuat korban tidak sadar,” ungkap Adrianus.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved