Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Korban Bullying di Semarang, Tatapan Matanya Membuat Ia Batal Diterima Masuk Sekolah

Alasannya pun menjadi sorotan: pihak sekolah menyebut "tatapan traumatis" sebagai dasar penolakan

Istimewa
Potret bagian depan sekolah SMA 1 Ksatria Semarang 

Sebelumnya, ketika duduk di sekolah dasar, anak tersebut pernah menjadi korban bullying, sebuah pengalaman yang sangat meresahkan dan meninggalkan bekas dalam dirinya.

Akibatnya, anak ini merasa takut untuk kembali bersekolah dan akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikan dengan model homeschooling, jauh dari lingkungan sekolah tradisional.

Harapan baru

Namun, seiring berjalannya waktu, anak tersebut mulai menunjukkan keinginan untuk kembali bersekolah di lingkungan pendidikan reguler.

Harapannya untuk memulai babak baru di SMA Kesatrian menjadi semangat baru yang besar bagi dirinya.

Kembali down

Sayangnya, penolakan yang datang dari pihak SMA Kesatrian justru memberikan dampak psikologis yang sangat berat.

Orang tua anak mengakui bahwa keputusan tersebut membuat mental sang anak kembali down.

Rencana untuk bersekolah di lingkungan yang lebih sosial dan reguler, yang sudah lama diidam-idamkan, kini berantakan.

Penolakan ini menguatkan rasa ketakutan dan trauma yang pernah dialami anak tersebut, membuatnya kembali merasa cemas dan tidak percaya diri.

Padahal, di brosur dan pamflet yang terpampang di depan sekolah, SMA Kesatrian dengan lantang menggaungkan program unggulan "Sekolah Ramah Anak."

Pernyataan tersebut kini dipertanyakan kredibilitasnya, menyusul adanya penolakan anak tersebut.

Orang tua calon siswa mengaku telah memohon dengan sungguh-sungguh agar putra mereka setidaknya diizinkan mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sembari proses evaluasi berlangsung. Namun permintaan itu ditolak.

Penolakan sepihak ini menjadi pukulan berat bagi keluarga calon siswa yang merasa tidak hanya diperlakukan tidak adil, tetapi juga mengalami bentuk penyingkiran yang tidak sesuai dengan prinsip inklusif dalam dunia pendidikan.

"Kejadian ini memicu pertanyaan luas mengenai standar penerimaan siswa baru di sekolah swasta, serta peran yayasan dalam menentukan keputusan yang menyangkut hak dasar anak untuk bersekolah," ujar orang tua siswa tersebut.

Baca juga: Fakta Mengejutkan 2 Bocah Batang Korban Penyekapan di Boyolali, Bahagia Kembali ke Rumah

Keluarga calon siswa, yang meminta identitasnya dirahasiakan demi menjaga kondisi psikologis anak kini tengah mencari alternatif sekolah lain.

Mereka berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran tentang pentingnya konsistensi antara visi sekolah dan praktik di lapangan.

Pihak Sekolah Khawatir

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved