Berita Purbalingga
Kisah Sumiati, Berjuang Rawat 2 Putri dengan Kelainan Saraf Sendirian Setelah Ditinggal Suami
Perjuangan Sumiati (51), ibu yang tegar merawat dua orang anak yang mengalami kelainan syaraf sejak usia masih lima bulan.
Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: raka f pujangga
Saat dilakukan pemeriksaan kepada anak keduanya, dokter sempat menyatakan bahwa Desnia harus menjalani terapi medis.
"Tapi saya nggak melanjutkan, karena pengalaman anak pertama terapi tapi badan jadi kurus kering, jadi anak kedua, saya pilih untuk terapi tradisional saja mba, saya terapinya dipijit ke orang yang paham syaraf, ini bisa dilihat sendiri kan tubuhnya beda banget, kalau Desnia lebih seger" jelasnya sambil memperlihatkan kondisi anaknya.
Namun lagi-lagi perjuangan tersebut belum membuahkan hasil, dan ditengah perjuangan tersebut Sumiyati harus kehilangan suaminya karena meninggal dunia pada tahun 2017.
Sejak saat itu ia pun berusaha seorang diri untuk merawat kedua anaknya.
"Awalnya saya masih melanjutkan pengobatan ke rumah sakit, tapi karena tidak ada kemajuan mba, dan saya juga kasihan sama yang nungguin kalau salah satu lagi diperiksakan, orang tua saya juga sudah nggak ada, akhirnya saya memutuskan untuk merawat anak saya seadanya saja, semampunya saya.
Saya juga dapat saran dari dokter kalau perkembangan anak saya itu biasa-biasa saja, jadi daripada saya capek bolak balik ke rumah sakit dan saya juga sendiri, akhirnya saya beli obat aja untuk anak, dan dirawat saja dirumah," terangnya.
Lebih lanjut, dalam berjuang untuk merawat kedua anaknya merupakan hal yang tidak mudah, terlebih Sumiati hanya seorang diri.
Ia menyatakan sempat kewalahan, namun ia berpegang teguh bahwa anak yang sekarang ia rawat adalah anak yang spesial yang dikirim Tuhan untuknya.
Sehingga ia pun harus merawat keduanya sebaik mungkin.
"Kadang saya cape mba, jenuh, kalau liat orang lain senang ya bisa kesana kesini tapi saya cuma dirumah, yaudah gak apa-apa, saya cuma bilang ke anak-anak gapapa ya nak, kita gak bahagia di dunia, tapi nanti kita bahagia di akhirat," ucapnya sambil mengelus anaknya.
Karena posisinya kini sendiri, dan kebutuhan semakin meningkat, ia pun memutuskan untuk bekerja sebagai perajin bulu mata palsu sembari merawat anaknya dirumah.
"Sekarang saya kerjanya ya ngidep mba, ngerjainnya ya dirumah sambil ngerawat anak, itu pengepulnya deket juga dari rumah saya," ucapnya.
Dari pekerjaan tersebut, Sumiati menyatakan dibayar setiap dua minggu sekali namun besaran jumlahnya seringkali tidak menentu.
"Gak nentu mba, kadang 70, 50 kadang ya cuma dapet 25 aja, tergantung anak mba. Kalau anak lagi anteng, saya lagi fit ya dua Minggu bisa sampai 75 ribu. Itu satu idepnya 300 perak si mba, dan saya nggak nyantelin sendiri, dicantelin orang, harusnya kan dapet 500 tapi karena dicantelin saya ngasih ke orang 200, jadi saya dapetnya 300," ujarnya.
Dari hasil tersebut ia pun mengumpulkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, dan salah satu kebutuhan utama yang selalu ia beli ialah pampers dan obat-obatan.
Ironi Petani Gemuruh Purbalingga: Berada di Hulu Tapi Sulit Dapat Air, Ternyata Ini Penghambatnya |
![]() |
---|
Tak Berfungsi Optimal, Fire Hydrant di Purbalingga Hanya Jadi Monumen |
![]() |
---|
Festival Literasi Ajar Pustaka 2025: Cara Purbalingga Tumbuhkan Minat Baca dan Pola Pikir Kritis |
![]() |
---|
Akibat Percikan Api dari Tungku, Dapur Warga di Nangkasawit Purbalingga Terbakar |
![]() |
---|
Mengunjungi Situ Tirta Marta, Obyek Wisata Alami dengan Berbagai Keindahan Alam dan Mitos |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.