Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

Cerita Nelayan Roban Timur Batang : Ruang Tangkap Hilang, Melaut Kian Jauh

Nasib nelayan Roban Timur Batang kini harus melaut semakin jauh karena beradu dengan kapal tongkang PLTU Batang.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: raka f pujangga
Tribunjateng/Iwan Arifianto
TARIK JARING - Tukiman dan anaknya Eki sedang menarik bubu sebuah alat tangkap ikan di perairan Roban Timur, Desa Sengon, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Minggu (1/6/2025) pagi. Tak jauh dari mereka tampak aktivitas PLTU Batang. 

Hal itu pernah dialaminya berulang kali berupa jaring rusak terkena batu bara. 

“Di sana (dekat kawasan PLTU Batang ) masih ada ikannya tapi risiko jaring rusak juga lebih besar,” ucapnya.

Hampir seluruh nelayan di Roban Timur harus melaut lebih jauh.  

Data dari Paguyuban Nelayan Roban Timur jumlah nelayan di kawasan tersebut terdapat sekitar  250 orang dengan jumlah  perahu  sebanyak 150 unit.

Nelayan Roban Timur, Wahyudi Hidayat (44) menerangkan,  terpaksa melaut lebih jauh sekitar 12 mil atau perjalanan selama 1 jam 30 menit menggunakan perahu berkapasitas mesin 23 Paard Kracht (PK). 

“Sebelum adanya PLTU Batang, kita mencari ikan tidak terlalu jauh. Paling perjalanan setengah jam langsung bisa tabur jaring. Nah, setelah adanya PLTU Batang dampaknya ke nelayan harus melaut lebih jauh sampai 1,5 jam,” katanya. 

Berhubung melaut  lebih jauh, nelayan juga harus merogoh kocek lebih dalam untuk memodifikasi perahu dan perangkat alat tangkap.

Wahyudi mengaku, membutuhkan modal awal kurang lebih Rp20 juta untuk memodifikasi perahu, membeli alat tangkap baru dan mesin perahu.

“Ya saya harus memodifikasi mesin dan alat tangkap karena kalau tangkap di daerah pinggir sudah susah dikarenakan akses mencari ikan sudah dibangun jetty  itu. Jadi kita semakin menjauh cari ikannya,” tuturnya.

Persoalan yang dialami oleh Wahyudi belum usai. 

Dia harus merogoh kantongnya kembali untuk biaya operasional melaut yang bertambah.  

Wahyudi merinci, sebelum ada PLTU Batang maka melaut cukup menempuh jarak dekat dengan kebutuhan bahan bakar sebanyak  10 liter solar.

Kini, jumlah itu meningkat empat kali lipat yakni di angka 40 liter.

“Jam kerja juga bertambah, dulu berangkat melaut berangkat jam 5 pagi  lalu jam 9 pagi pulang, sekarang berangkat jam 5 pagi bisa pulang jam 2 siang baru pulang,” katanya.

Mengenai penghasilan, Wahyudi menyebut mengalami penurunan meski tidak terlalu jauh. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved