Lipsus Tribun Jateng
Ahli Gizi Unsoed: Program MBG Baik, tapi Belum Cukupi Kebutuhan Gizi Harian Anak
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini tengah digencarkan pemerintah pusat dan dijalankan secara luas di Kabupaten Banyumas
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang saat ini tengah digencarkan pemerintah pusat dan dijalankan secara luas di Kabupaten Banyumas dinilai sebagai langkah positif memperbaiki kualitas gizi anak Indonesia.
Namun, program ini belum cukup memenuhi kebutuhan gizi harian anak sekolah secara menyeluruh.
Hal ini diungkapkan Ahli Gizi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr. Erna Kusuma Wati, SKM., M.Si. Ia mengatakan, secara konsep, MBG merupakan program yang sangat baik karena memberikan intervensi zat gizi langsung kepada anak usia sekolah, sekaligus mengedukasi pentingnya pola makan seimbang.
"Program MBG bagus, terutama untuk menghapus kesenjangan gizi pada anak Indonesia.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah apakah makanan yang disajikan sudah sesuai dengan standar kebutuhan gizi anak," kata Erna kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (19/8/2025).
Menurutnya, banyak contoh keberhasilan program serupa di luar negeri seperti Finlandia, Prancis, dan Jepang.
Di Jepang, misalnya, makanan sekolah dirancang oleh ahli gizi, bukan hanya mencukupi kebutuhan harian, tetapi juga mencegah obesitas sejak dini.
Namun, di Indonesia, keberhasilan program MBG masih perlu diamati lebih lanjut.
"Menjadi dilema ketika makanan sudah disediakan tetapi tidak dimakan anak.
Tapi bisa juga sebaliknya, kalau anak makan dua kali di sekolah dan di rumah bahkan masih jajan, dikhawatirkan justru bisa menyebabkan obesitas," ujar Erna.
Ia menekankan, kebutuhan gizi anak usia 6 sampai 12 tahun berada di kisaran 1.600 hingga 2.000 kilokalori per hari, dengan kebutuhan protein antara 35 sampai 50 gram.
"Untuk anak usia SMA tentu harus lebih dari itu.
Jadi wajar kalau ada anak-anak yang merasa porsinya kurang," ujarnya.
Program MBG saat ini hanya mencakup satu kali makan dalam sehari.
Padahal, menurut Erna, satu porsi MBG idealnya hanya mampu memenuhi 30 sampai 35 persen kebutuhan gizi harian anak.
Sisanya tetap harus dipenuhi di rumah melalui peran keluarga.
Meski demikian, ia menilai program ini dapat menjadi sarana edukasi penting tentang makanan sehat.
"Indikator makanan bergizi itu ada sayur, lauk, dan buah.
Setidaknya anak jadi tahu bahwa itu penting. MBG mengenalkan porsi makan sehat dan gizi seimbang," katanya.
Namun, ia mengkritisi menu MBG yang terkadang berisi roti atau makanan kemasan dengan kadar gula tinggi.
"Itu kurang tepat karena bisa menambah risiko obesitas dengan gula yang tinggi.
Sebaiknya menu disesuaikan dengan prinsip gizi seimbang yang memuat nasi, protein hewani dan nabati, lemak sehat, sayur, dan buah," katanya.
Erna juga menyoroti keluhan makanan yang basi.
Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena makanan dimasak dalam skala besar dan waktu masaknya cukup dini, yakni pukul 02.00 sampai 03.00 dini hari, lalu dikonsumsi sekira pukul 09.00 sampai 12.00 WIB beberapa jam kemudian.
Meski demikian, ia menekankan rasa makanan bersifat subjektif dan menu yang disusun sudah diawasi ahli gizi.
Ia juga menyebutkan perlunya evaluasi terhadap indikator status gizi anak secara berkala.
"Untuk melihat hasilnya, status gizi bisa dievaluasi setelah enam bulan hingga satu tahun, dengan syarat anak rutin mengonsumsi MBG.
Dinas Kesehatan perlu aktif mengevaluasi melalui indikator IMT (Indeks Massa Tubuh) per umur," jelasnya.
Di sisi lain, pelaksanaan program MBG di Banyumas terus meluas.
Program ini menjadi salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa melalui penyediaan makanan sehat di sekolah.
Pelaksana teknis program ini adalah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di seluruh kecamatan.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, target kedepan akan ada 152 SPPG.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Joko Wiyono mengatakan saat ini sudah ada 25 SPPG.
"Saat ini sudah 25 informasinya minggu ini akan tambah lagi 7, dari target 152 SPPG," katanya.
Data sementara kurang lebihnya sudah ada sebanyak 52.527 siswa dari 249 satuan pendidikan telah menjadi penerima manfaat MBG.
Program ini menyasar siswa dari jenjang PAUD hingga SLTA.
Rinciannya, sebanyak 22.625 siswa tingkat SD/MI, 18.675 siswa SMP/MTs, 8.889 siswa SMA/MA/SMK, dan 2.338 siswa PAUD menerima layanan makanan bergizi ini.
Masing-masing SPPG dirancang untuk melayani hingga 3.500 siswa per hari.
Menurut Kepala Seksi Kurikulum Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, Muhammad Robbani, jumlah penerima manfaat akan terus bertambah seiring dengan kesiapan unit pelaksana.
"Kami harap program ini bisa menjangkau lebih banyak siswa lagi ke depannya," ujarnya.
Pelaksanaan layanan sejauh ini dinilai berjalan relatif lancar, meski masih ada catatan di lapangan terkait kualitas makanan dan ketersediaan dapur yang masih belum merata. (jti)
Berbagai Keluhan MBG di Banyumas: Makanan Hambar, Porsi Kurang, dan Distribusi Tak Merata |
![]() |
---|
CURHAT Tri Wasana Warga Semarang “Menggeh-menggeh” Kuliahkan Anak di Kampus Negeri |
![]() |
---|
Gangster Semarang Pesan Senjata Secara Online, Ciri Khasnya Tenggak Miras Sebelum Tawuran |
![]() |
---|
Indeks Kualitas Udara Saat Ini di Semarang, Dinkes: Kategori Sedang, Hati-Hati Kelompok Sensitif |
![]() |
---|
Strategi Pemkab Batang Atasi Dampak El Nino: Pengairan Bergilir Hingga Sedot Sungai Sambong |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.