Kalau pria itu sedang mampir ke warungnya, dia pasti memberi sebungkus makanan dan gorengan.
Karyono biasanya hanya mengangguk-anggukkan kepala, mungkin sebagai bentuk terima kasih.
"Karyono saya amati lebih banyak beraktivitas di depan area telaga.
Jarang masuk ke bagian dalam atau menembus hutannya," ungkap Warsun.
Cuma dia mengaku tidak tahu aktivitas Karyono pada malam hari karena para pedagang seperti dirinya memang pulang.
Pada pagi hari, kadang dilihatnya Karyono tergolek di bangku panjang depan warung.
Kadang yang bersangkutan tidak ada di sana lalu muncul begitu saja.
Telaga Ranjeng memang dikelilingi hutan damar dan pinus.
Tidak sembarangan orang bisa masuk dan keluar.
Ada pagar pembatas yang dikunci dan dijaga oleh petugas.
Pintu utama menuju Telaga Ranjeng juga tidak setiap hari dibuka.
Karena destinasi wisata ini memang sepi, dibuka hanya hari-hari tertentu atau akhir pekan.
Namun, warung-warung di bagian depan selalu buka karena melayani pengunjung yang datang ke kebun teh.
Meski sedih, Mbah Wasrun senang Karyono sudah dapat bertemu dengan keluarga.
Menurutnya, Karyono memang semestinya hidup normal.