"Awalnya kami kesulitan buang limbahnya. Ketemu dengan orang Limbangan Kendal belajar 1 bulan pewarna alami."
'Ada kayu mahoni, buah dan akar pace, kelakar mangrove, buah joho, manggis dan beberapa benda alam lainnya."
"Karena tidak semua jenis pewarna alam bisa konsisten dengan kain," jelas Hana.
• Launching Festival Kuliner Kota Semarang, Jalan Depok Ditutup Jumat Sore
• Awas Antraks, Dispertan Salatiga Gerak Cepat, Nunuk Dartini: Sapi Masuk Salatiga Harus Diperiksa
Program membatik biasa dilakukan setiap Kamis siang.
Tema yang diambil guna motifnya kerapkali dari flora fauna di lingkungan sekitar.
SLB yang berdiri sejak 2012 lalu itu mengharuskan semua siswanya belajar membatik.
Pihaknya berharap dapat menjadi bekal para siswa berkebutuhan khusus dalam mengarungi kehidupan selanjutnya.
"Kami ada beberapa klasifikasi kelas seperti kelas tuna rungu, tuna netra, grahita, down syndrome, autism, hingga kelas bermain."
"Mereka masuk 5 hari dalam sepekan, Senin hingga Jumat," jelasnya.
• Tahun Ini Ditarget 2 Juta Pengunjung, Disparpora Batang Kencangkan Promosi Wisata
• Pernikahan Dini di Karanganyar Bikin Geleng Kepala, Belum Sebulan Ada 30 Pengajuan Dispensasi Nikah
Empat Negara
Dalam kurun waktu 2 tahun proses pembelajaran, siswa SLB Mutiara Bangsa Kabupaten Kendal mampu menghasilkan puluhan produk batik.
Sejumlah pameran hingga ke luar kota juga pernah diikuti.
Bermodalkan pameran dan getok tular antar warga, karya batik anak SLB kini sudah sampai di 4 negara yakni Belgia, Amerika, Belanda, dan Jepang.
Batik terlarisnya yang diminati para turis adalah Indigo Vera.
Sebuah produk kain batik yang diwarnai menggunakan daun indigo, sejenis tanaman perdu yang tumbuh di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal.
• Penjual Es Puter Semarang Terancam Hukuman Mati, Tertangkap Edarkan Sabu Total 100 Gram Lebih
• Kisah Nyata: Pernikahan Hanya Berumur 12 Hari, Suami Suka Tidur di Depan TV dan Suami Ngaku Trauma