Tersesat di Hutan

Kisah Deki Tersesat 5 Hari di Hutan, Temannya Tiba-Tiba Hilang, Bingung Nekat Arungi Sungai Deras

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Hutan

TRIBUNJATENG.COM - Pengalaman Deki, seorang pria di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) ramai diperbincangkan di jejaring sosial, khususnya Facebook.

Deki sempat dikabarkan hilang di hutan kawasan Sungai Bening, Kecamatan Sajingan Besar, Sambas, beberapa hari lalu.

Upaya pencarian tidak membuahkan hasil.

Alhamdulillah, Baim Wong Akhirnya Bertemu Nurul Sopir Angkot Semarang Viral : The Power +62

Baim Wong Lunasi Utang Nurul Sopir Angkot di RSUP Kariadi: Almarhumah Bisa Tenang Sekarang

Kisah Sumiyati Warga Semarang Berkali-Kali Ucap Syukur Mendapat Santunan Kematian Sebesar Rp 42 Juta

INFO PENTING! Ada Pemutihan Denda Pajak Kendaraan Bermotor di Jawa Tengah Februari-Juli Ini

Sempat putus asa dalam pencarian, keluarga dan warga pun terkejut begitu pria yang mereka cari pulang.

Deki pun membawa kisah selama lima hari ia di hutan belantara.

Deki menceritakan awalnya pergi memancing bersama rekannya, Rabu (5/2/2020).

Dilansir dari akun facebook @Berita Sambas yang diposting Senin (11/2/2020), Deki menjelaskan kepada warga setempat bahwa awal kisahnya adalah saat ia pergi memancing bersama rekan-rekannya.

Awalnya ia memilih ke Nibung namun diurungkan saat sampai ke daerah Tanjung. 

Kemudian tujuan ke Sungai Bening bersama temannya, namun ada yang menolak ikut.

Sehingga menyisakan ia dan rekannya yang dipanggilnya “Su Bedil”.

Awalnya ia memilih lokasi memancing ‘timbuk’ atau semacam telaga yang biasa banyak dipenuhi ikan di lokasi bukit dan memiliki aliran ke sungai induk.

Namun karena tidak mendapatkan hasil pancingan, akhirnya ia dan rekannya pindah ke Sungai.

Namun saat tiba di titik spot memancing yang dirasa cocok keduanya berpencar namun dengan lokasi yang tidak jauh.

Setelah memasang pancingan, ia lantas memakan bekal yang dibawanya dari rumah.

Kemudian setelah makan ia mencari rekannya namun tidak ada lagi.

"Pertame be jak ngael di timbuk, sesampatnye inyan, karne di timbuk ye sian boleh, ade be tapi daan banyak, jadi bagus kite ke Sungainye, dah kite ke sungainye, langsunglah pagi ke sungainye, barok datang di sungai be aku disitok su badel di sie, su badel di bawah aek, aku di atas aek, lakak masang kael aku makan, lakak makan aku magek su badel di sie, tang sian agek, kemane die naiknye, biase kita lakak ngael kan di sie kakye di sinun,"ujarnya.

“Pertama itu mancing di timbuk, karena tidak ada memperoleh ikan, ada sih tapi tidak banyak, jadi bagusnya ke sungainya langsung, baru datang, aku disini, su bedil di situ, su bedil dibawah air, aku di atas air, kemudian setelah memasang pancingan, aku makan.

Setelah makan aku mendatangi Su Bedil, namun tidak ada lagi, kemana dia baiknya, biasa kita habis mancing pindah-pindah ke situ seteelah itu ke situ,”ujarnya.

Lelah mencari rekannya namun tak membuahkan hasil, ia lantas mengemaskan perlengkapan pancinan dan menyusul untuk mencari rekannya.

“Ku pagek ke balah inun tang sian, ku kulok kael masokkan dalam tas, nyussollah, bekajar aku kesinun sian aku jumpe,"ujarnye.

“Ku datangi di sana namun tidak ada, lalu ku kemasi pancingan dan memasukkan ke dalam tas, lalu menyusul namun tidak ada aku ketemu,”ujarnya.

Deki kemudian pulang ke tempat asal ia dan Su Bedil memancing namun tidak bertemu lagi.

“Lakak ye balik agek, malik agek aku, lakak ye nak magek tampat asal be daan agek jumpe, tempat asal yang aku dangan su badel pertame be, daan tijumpe, aduk gemane jiku,”ujarnya

“Kemudian aku kembali lagi, mendatangi tempat asal tidak bertemu, tempat aku dengan Su bedil pertama, tapi tidak ketemu,”ujarnya.

Dengan hati yang bingung, ia lantas menemukan sebuah pohon dengan tanda berpahat.

Namun tanda berpahat menunjukkan ke segala arah sehingga membuat ia bingung.

Ia pun memilih untuk berenang di air berharap menemui jembatan.

Hingga sempat menemui pondok namun tak berpenghuni.

Hingga ia melanjutkan berenang di sungai berharap menemui jembatan.

Sekitar 500 meter jarak yang ditempuhnya berenang saat itu.

“Lakak ye kuliat ade batang dibareknye pahat giye, cume arahnye kemane gaye tang same, barang becabang dilancupek si dilancupek juak, oh gemane, dalam atiku tatap dah ngikut aek turun jadi bejalanlah ngikut turun, makin jauh sampai jumpe pondok segale, tang sian agek, ku saroek sian juak, bejalan pokoknye sampai kekapakkan bejalan, beranyut pokoknye sampai harus sampai ke geratak, ade sampai 500 meter ukurannye,"ujarnya

“Kemudian aku melihat ada pohon diberi pahat, Cuma arahnya kemana semua sama, hanya bercabang yang ujungnya lancip, bagaimana, sehingga dalam hatiku tetap harus mengikuti air kemana, sehingga aku mengikuti alur air, makin jauh sampai menjumpai pondok, namun tidak ada orang, aku panggil-panggil tidak ada orang, sehingga capek berjalan, menganyutkan diri lagi biar bisa sampai ke jembatan, sekitar 500 meter,”ujarnya.

Ia mengaku tak putus asa dan tak lelah untuk mencari rekannya tersebut. 

Meski harus mengarungi sungai yang deras.

Meski sudah memberi tanda perjalanannya, namun ia tak menemukannya lagi . 

Sempat kesulitan berenang lantaran masih menggunakan pakaian sepatu bot dan celana jeans.

Hingga saat kelelahan ia kemudian naik ke daratan sekadar beristirahat.

"Nyasal juak aku pakai sepatu bot beranang balom pakai celane, celane levis, beranyut 500 meter, daan mampu beranyut naik agek, tapi disie udah kubarek tande, cuman gare-gare aku beranyut be ilang tande ye, dah naik ke sie, daan jumpe kawan akhernye carek tampat duduk, pagilah aku tapi sungai ye di tapi paser, nunggu sampai malam daan tidok-tidok,”ujarnya

“Nyesal aku menggunakan sepatu bot berenang, belum lagi pakai celana jeans, berenang hingga 500 meter, sudah tidak mampu lagi, akhirnya aku naik ke daratan, sudah ku beri tanda tapi hilang, tidak ketemu kawan akhirnya mencari tempat duduk, pergilah aku ke tepi pasir, nunggu sampai malam tidak tidur-tidur,”ujarnya.

Bahkan tak terasa saat itu hari pertama dilaluinya hingga malam hari tiba, ia lantas tertidur di tepi sungai.

Sekadar informasi Sungai Bening merupakan salah satu desa di Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

Nama Desa ini  dikenal dengan dibangunnya jalan paralel perbatasan yang menghubungkan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk di kecamatan yang sama, dengan Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas dan Desa Jagoi, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang. (*)

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul HOROR di Hutan Sambas Kalbar, Kisah Deki 5 Hari Berjuang Keluar dari Hutan! Temukan Pondok Misterius

Tika Bravani Pemeran Denok di Tukang Ojek Pengkolan Hilang Peran, Emak Mae Sampai Mengunjunginya

9 Preman Eks Terminal Terboyo Semarang Diciduk Polisi

Mas Dani Kamu Jahat! Teriak Ayu dalam Konser Didi Kempot di Semarang

Suara-Suara Aneh di Loteng Bawa Wanita Ini Temukan Rahasia Tersimpan 12 Tahun di Rumahnya

Berita Terkini