Berita Karanganyar

Cerita di Balik Jembatan Gantung Pemicu Adrenalin di Colomadu

Penulis: Agus Iswadi
Editor: m nur huda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengedara sepeda motor saat melintas di jembatan baru penghubung antar Desa Bolon Kecamatan Colomadu Karanganyar dengan Ngemplak Boyolali, Sabtu (20/6/2020).

TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR - Jembatan gantung, begitulah kiranya warga sekitar kerap menyembut jembatan penghubung antara wilayah Plempungan Desa Bolon Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar dengan Suruh Ngemplak Kabupaten Boyolali itu.

Namun sekarang, jembatan yang dapat memacu adrenalin para penggunannya itu kondisinya terbengkalai. Papan yang biasa digunakan warga untuk melintas tampak rusak.

Sekarang warga lebih memilih melintas di sepanjang jembatan baru yang telah rampung dibangun persis di samping jembatan gantung.

PKM Semarang Diperpanjang hingga 5 Juli, Tempat Wisata Boleh Dibuka dengan Syarat

Wisata Air Owabong Purbalingga Gelar Simulasi New Normal

Update Corona 20 Juni di Indonesia Masih Terus Bertambah: Jateng 98 Kasus Baru, Jatim 395 Kasus

PKM Semarang Diperpanjang Lagi 14 Hari Mulai 22 Juni, Tapi Ada Pelonggaran untuk Tempat Hiburan

Jembatan baru itu selesai dibangun pada 2017 lalu. Di bawahnya terdapat aliran Sungai Pepe yang memiliki kedalaman sekitar 30 meter.

Jembatan gantung itu dipercaya warga merupakan peninggalan zaman Belanda.

Semula, jembatan tersebut digunakan untuk saluran irigasi.

Namun semenjak terpasang papan berukuran sekitar 25 cm di atas rangka saluran irigasi, warga memanfaatkannya sebagai jalan penghubung antar kampung.

Pengedara sepeda motor saat melintas di jembatan baru penghubung antar Desa Bolon Kecamatan Colomadu Karanganyar dengan Ngemplak Boyolali, Sabtu (20/6/2020). (Tribun Jateng/Agus Iswadi)

Dulunya warga nekat melintas jalur tersebut karena dapat mempersingkat waktu tempuh sekitar 15-30 menit.

"Bisa lebih singkat (jarak tempuh) dibanding lewat jalur utama. Biasanya warga Ngemplak jika pergi ke Kartosuro lewat sini," kata warga sekitar, Suripto (52).

Dia mengungkapkan, sempat menjajal melintas di jembatan gantung itu mengendarai sepeda motor sebelum dibangunnya jembatan baru.

"Jalan ke utara (wilayah Ngemplak) bisa tanpa pegangan. Kalau sebaliknya mesin motor dimatikan dan harus pegangan besi (merambat) mengandalkan tangan dan kaki," kenangnya.

Laki-laki 52 tahun itu menceritakan, warga yang hendak melintas di jembatan gantung itu harus antre.

Dahulu, dia sempat merasa takut melintas di jembatan itu. Pasalnya, tak jarang beberapa pengguna jalan ada yang terperosok ke saluran irigasi.

Jembatan gantung itu sempat viral, sejak itu jembatan peninggalan zaman Belanda itu kerap dijadikan spot foto hingga foto wedding.

"Semenjak ada jembatan baru, sekarang jalannya ramai. Dulu yang melintas hanya pejalan kaki, pesepeda dan pengendara motor. Sekarang mobil bisa lewat. Karena ramai saya jualan es degan (di depan rumah)," ungkap Suripto.

Halaman
12

Berita Terkini