"Majikan saya pernah bilang "Saya sengaja mengurung, pengen kamu mati saja kalau saya jengkel nanti kamu saya tusuk pisau" sudah sampai mengancam membunuh juga," katanya.
Dirinya menyampaikan perlakuan majikannya memang mulai berubah dua bulan terakhir, sebelum itu dirinya tidak disiksa tetap melakukan pekerjaan rumah hanya saja gajinya selama lima bulan ditahan.
Dalam sebulan, Surani menerima gaji sebesar 1000 real atau Rp 3 juta. Sang majikan juga pernah meminta perhiasan dan uang yang dimiliki Surani, namun ketika Surani pulang gaji yang nunggak dan perhiasan dikembalikan.
Disekap Dengan Telfon
Sedikit keberuntungan nampaknya menyertai Surani, ketika disekap sang majikan tidak mengambil handphone miliknya sehingga Surani bisa berhubungan dengan siapapun.
Awalnya Surani hanya menghubungi keluarga di Sragen sehingga keluarga mencarikan bantuan agar Surani bisa bebas dan selamat.
Saat itu, Surani juga berusaha menghubungi pengurus Buruh Migran Indonesia (BMI) Jeddah dan menceritakan semua yang terjadi. BMI akhirnya menghubungi Konsult Jendral Republik Indonesia (KJRI).
"Saya hubungi BMI Jeddah, BMI akhirnya menghubungi KJRI, KJRI menelepon polisi Saudi Arabia, dari kepolisian akhirnya menelepon majikan dan anak majikan mengantarkan saya ke kantor polisi," terang Surani.
Surani pernah ditanyai KJRI akan menuntut apa kepada majikan, namun dirinya tidak menuntut apapun dan hanya meminta dirinya dipulangkan ke Indonesia.
Selama Surani di KJRI, sang majikan sempat beberapa kali datang untuk meminta maaf dan meminta Surani kembali bekerja bersamanya, namun Surani menolak dan tetap ingin pulang.
18 Tahun Tidak Pulang Sragen
Memiliki latar belakang lulusan SD membuat Surani bertekad pergi ke Arab Saudi menjadi TKW kala itu, sebelum 18 tahun tidak pulang, pada dirinya pernah tujuh tahun menjadi TKW di Mekkah.
Tujuh tahun menjadi TKW membuat Surani saat itu memiliki cukup uang untuk membeli sawah, akhirnya dirinya memutuskan menjadi TKW namun ke Arab Saudi.
Sejak 2002 berangkat ke Arab Saudi, dirinya juga menemui majikan yang baik, yaitu ibu dari Nafisa majikannya yang terakhir.
"Dulu saya ngurus ibunya Nafisa, ibunya sangat baik. Ibu ini tidak ada yang ngurus jadi saya kasihan dan akhirnya saya tidak pernah pulang ke Sragen," katanya.