Wawancara Khusus

WAWANCARA : Dewi Susilo Budiharjo Ajak Masyarakat Bersatu Pulihkan Kesehatan dan Ekonomi

Penulis: budi susanto
Editor: Catur waskito Edy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua PSMTI, Dewi Susilo Budiharjo, saat menghadiri acara Tribun Fokus Spesial Imlek, beberapa waktu lalu.

Maka PSMTI mendukung pemulihan bangsa, bergerak di berbagai bidang.

Bergerak di bidang apa saja?

Kami bergerak di beberapa bidang, seperti budaya, pendidikan, sosial dan kemasyarakatan. Jadi apapun yang berhubungan dengan sosial kami ada di situ, namun perlu dicatat PSMTI tidak berpolitik dan tidak membatasi agama atau marga.

Ada pengalaman pahit masa lalu?

Kita PSMTI berdiri tahun 1998. Jadi sudah 23 tahun PSMTI berdiri, berkumpulnya warga Tionghoa dalam PSMTI karena kami mempunyai nasib dan penderitaan sama.

Pengalaman empiris mengenai sejumlah tragedi diskriminasi suku Tionghoa pada zaman orde baru. Dari tragedi tersebut, pemerintah Indonesia bersama Brigjen Teddy Yusuf, memberikan amanah agar warga Tionghoa dikumpulkan dan membentuk organisasi, tujuannya guna membalut luka batin akibat sejarah kelam yang dialami warga Tionghoa di Indonesia, dari sanalah PSMTI berdiri.

Apakah ada kendala dalam berorganisasi?

Memang sedikit sulit menarik warga Tionghoa di Indonesia untuk berorganisasi, karena telah mengalami sejarah kelam, khusunya yang sudah berusia lanjut. Bahkan warga Tionghoa mengalami puluhan tragedi semenjak negeri ini berdiri, seperti saat 1965 yang dicurigai sebagai antek PKI.

Masa Orde Baru, apapun yang berkaitan dengan ke suku Tionghoa dilarang.

Bahkan seperti saya yang lahir di Jawa Tengah, waktu itu dilarang menggunakan bahasa Mandarin. Efeknya nama satu generasi kami hilang karena tiga nama Tionghoa kami tidak diperkenankan dipakai.

Bagaimana sekarang?

Iya bersyukur sekarang masyarakat sudah terbuka. Semua warga Indonesia termasuk Tionghoa juga memiliki hak untuk memperbaiki negeri.

Untuk itu Imlek menjadi kebahagiaan bahkan sejak Presiden Gus Dur, tak hanya perayaan Imlek kali ini juga bermakna akulturasi adat Tionghoa yang melebur dengan budaya Indonesia.

Jika Islam ada Idul Fitri dan bersilaturahmi, kami juga melakukan hal serupa. Kami juga bersyukur tidak ada gesekan antar suku. Kami senang bila semua rukun dan guyup membangun bangsa ini. (bud)

Baca juga: Prediksi Manchester City Vs Fulham Piala FA, H2H, Susunan Pemain dan Link Live Streaming

Baca juga: Jebakan Tikus Listrik di Sragen Memakan Korban, Dedi Mulyadi Minta Kementan Dampingi Petani

Baca juga: Prediksi Susunan Pemain Derby Della Madonnina Inter Milan Vs AC Milan, Giroud Gantikan Ibrahimovic

Baca juga: RS Aisyiyah Kudus Sudah Miliki Bank Darah, Kebutuhan Pasien Gawat Darurat Tak Perlu Lagi ke PMI

Baca juga: KH Maruf Islamudin Menyebut Empat Tahun Lagi Kemajuan NU Bakal Terlihat Nyata, Ini Maksudnya

Berita Terkini