Puasa Ramadhan 2022

Inilah Sarung Mini Instan, Hasil Produksi Warga Kaliwungu Kudus, Inspirasi dari Kedua Anaknya

Penulis: Rifqi Gozali
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Sarung mini untuk anak-anak mengalami peningkatan penjualan.

Sarung merk Haidar lengkap dengan karakter kartun atau superhero itu bahkan mengalami lonjakan permintaan sejak tiga bulan sebelum Ramadhan.

Produsen sarungnya adalah pasangan Muhammad Najib Himawan dan Kurniati Setianingsih warga Bakalankrapyak RT 02 RW 04, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.

Baca juga: Pekan Ini Digelar Operasi Pasar di Kudus, Pemkab Gandeng Agen dan Distributor Sembako

Baca juga: Minyak Goreng Curah di Kudus Masih Langka, Warga Rela Antre dengan Harga Rp 16.500 Per Kilogram

Baca juga: Terjaring Razia, Enam Pemandu Karaoke Nekat Beroperasi di Kudus ‎Saat Ramadan

Baca juga: Bupati Kudus HM Hartopo Duduk di Jalanan Bersama Ratusan Mahasiswa

Keduanya telah memulai usaha konfeksi sejak 2010.

Saat itu produk pertama mereka adalah mukena.

Termasuk mukena bergambar karakter kartun untuk anak-anak.

Baru pada 2011, mereka terpikir untuk produksi sarung instan untuk anak-anak.

Maksud dari sarung instan di sini adalah sarung yang memakainya tidak perlu bebetan atau digulung sampai kencang bagian atas sarung.

Ide membuat sarung instan itu datang setelah anak keduanya laki-laki susah kalau harus memakai sarung.

Kurniati akhirnya terpikir untuk membuat sarung instan.

Waktu itu dia menggunakan perekat dalam sarung buatannya untuk sang anak.

Ternyata dia tidak nyaman dipakai.

Akhirnya, diganti menggunakan kolor.

"Karena ketika anak saya pakai sarung buatan saya, orang lain kepengen."

"Akhirnya saya kembangkan dan sekarang pakai kolor," kata Kurniati kepada Tribunjateng.com, Kamis (14/4/2022).

Dari situ produk sarung instan anak miliknya kian berkembang.

Pembeli berdatangan dari berbagai daerah.

Kurniati mulai terpikir untuk memasarkan secara daring melalui berbagai kanal.

Alhasil produknya kian menjadi sasaran para pembeli maupun agen penjual pakaian.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar, lambat laun sarung anak buatannya pun mulai diberi bordir bergambar karakter kartun superhero.

Baginya, inilah salah satu yang membuat sarung buatannya kian laris.

"Yang bergambar Tayo itu sampai saat ini masih laris," kata dia.

Dalam sehari, kata dia, dirinya bisa memotong 300 kain yang siap untuk dijahit menjadi sarung.

Potongan-potongan itu kemudian diserahkan pada para penjahitnya yang tersebar di Desa Menawan maupun Dawe.

Baru setelah jadi, sarung-sarung berukuran mungil itu akan dia ambil untuk kemudian dikemas dan diberi merk.

"Kadang juga sehari bisa sampai memotong 600 kain," kata ibu dari empat anak itu.

Harga sarung yang dibanderol olehnya yakni antara Rp 40 ribu sampai Rp 70 ribu.

Semua itu tergantung dari kualitas kain yang dipakai.

Sarung-sarung buatannya itu menyasar anak usia 2 sampai 10 tahun.

Sedangkan untuk modelnya, selain sarung berupa kain melingkar dengan kolor di bagian atasnya, ada juga sarung yang bentuknya sudah dikombinasi macam celana.

Tiga bulan sejak sebelum Ramadhan produknya mulai banyak dipesan.

Biasanya para pemesannya adalah agen penjual pakaian.

Mereka datang dari berbagai daerah.

Kondisi serupa akan terus berlangsung sampai pada Iduladha.

Sementara setelah itu penjualan akan menyusut.

Baru akan kembali naik tiga bulan jelang Ramadhan.

Kenaikan penjualan biasanya bisa mencapai 40 persen.

Selain memproduksi sarung, dirinya juga membuat produk mukena, baju koko, dan kerudung.

Produknya itu juga tak kalah banyak peminat saat Ramadhan kali ini.

Di balik suksesnya dalam membangun bisnis konveksi, mula-mula Kurniati adalah seorang guru.

Pada 2009 dia memutuskan untuk keluar setelah 9 tahun mengajar.

Setahun setelah tidak mengajar dia baru memulai karir di bidang konveksi.

Dia memulainya dengan membuat mukena.

Dia pasarkan dari pintu ke pintu.

Kemudian dilanjut memproduksi sarung untuk anak setahun kemudian.

Sang suami, Muhammad Najib Himawan, yang saat itu bekerja di sebuah leasing akhirnya juga memutuskan untuk keluar pada 2014.

Keduanya lantas fokus membangun bisnis konveksi hingga akhirnya kian maju dan berkembang sampai saat ini. (*)

Baca juga: Guntur Triaji Kabarnya Sudah Deal Gabung PSIS Semarang, Dia Pemain Eks Persikabo, Ini Kata Junianto

Baca juga: 500 Perantau Asal Pati Difasilitasi Program Mudik Gratis, Pemkab Pati Sediakan 10 Bus

Baca juga: Yuks Buruan, Warga Tegal Bisa Mudah Tukar Uang Lebaran di Jalan Ahmad Yani, Ini Jadwal Lengkapnya

Baca juga: Takbir Keliling Tahun Ini Belum Bisa Digelar di Pati, Bupati Haryanto Minta Maaf, Karena Alasan Ini

TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :

Berita Terkini