Sinta mengejar begal yang membawa kabur motornya dan menusuknya dari arah belakang hingga terkapar.
Karena melakukan pembelaan diri, Sinta terpaksa melakukan kekerasan kepada dua begal hingga nyawa keduanya tak tertolong.
Dua begal tersebut terkapar bersimbah darah, sementara dua lainnya langsung melarikan diri.
Setelah 'peperangan' tersebut, Sinta sempoyongan di tengah jalan dan bergerak ke pinggir jalan.
Beberapa kali Sinta berteriak minta tolong, tapi warga tak ada yang medengarnya.
Barulah setelah dinih ari, warga ramai-ramai melihat begal yang sudah terkapar tak berdaya dan Sinta yang tengah duduk di pinggir jalan.
Sinta diberi minum dan menceritakan kronologi peristiwa yang baru saja dialaminya.
Pulang ke rumah
Sinta akhirnya pulang ke rumahnya lalu menenangkan diri di tengah kondisi tubuhnya yang masih sakit.
Meski begitu, tidak terlihat ada luka di sekujur tubuh Amaq Sinta, hanya ada goresan kecil atau seperti goresan merah di bagian pungungnya.
Dikatakan Sinta, dirinya dilindungi oleh Tuhan.
"Tuhan memberi perlindungan pada saya, tidak ada ilmu kebal. Saya ini orang tidak sekolah, hanya petani tembakau," ujarnya
"Melihat senjata yang dipakai saat menebas tangan saya, mungkin tangan saya sudah putus, tapi saya tidak apa-apa karena Tuhan melindungi," sambungnya.
Aparat kepolisian datang ke rumah Sinta pada Minggu sore dan mengambil barang bukti berupa pisau.
Malam harinya, Sinta dijemput polisi tanpa perlawanan.