TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Doa bersama tujuh hari wafatnya KH Dimyati Rois di Dusun Jagalan, Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal diikuti ribuan jemaah pada Jumat (17/6/2022) malam.
Di antaranya adalah pimpinan Ponpes Raudlatut Thalibin, Leteh, Kabupaten Rembang, Dr KH Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus.
Dalam momentum tersebut, Gus Mus menceritakan kisah KH Dimyati Rois semasa hidupnya.
Mulai dari keistimewaannya, hingga kesederhanaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Meriahkan HUT Bhayangkara, Ratusan TNI Polri Jalan Kaki Bareng di Kendal
Baca juga: Puluhan Karya Siswa SDN Sarirejo Kendal Dipamerkan
Baca juga: Ajarkan Mencintai Lingkungan, Puluhan Siswa dam Guru Kendal Tanam Pohon di Pinggir Jalan
Baca juga: Lima Sekolah Dasar Terdampak Rob, Berikut Data Rinci Hasil Pemetaan Disdikbud Kendal
Gus Mus menyebut, KH Dimyati Rois yang akrab disapa Abah Dim ini seorang Waliyullah atau kiai yang memiliki keistimewaan, kedekatan, dan dikasihi Allah SWT.
Hal itu diungkap Gus Mus dengan mengingat berbagai kenangannya bersama almarhum Abah Dim.
Gus Mus berkata, usianya sepantaran dengan Abah Dim, hanya terpaut satu tahun lebih tua.
Katanya, dia dan Abah Dim pernah berjuang bersama menjadi Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah dan menjadi Mustasyar PBNU.
Menurut Gus Mus, KH Dimyati Rois tidak hanya sosok yang alim, namun juga sederhana, bependirian kuat, dan pemberani.
"Dia juga seorang kiai yang wiraswasta untuk dapat menghidupi pondoknya dengan cara bertani," terangnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (17/6/2022).
Gus Mus menceritakan, pernah suatu ketika, KH Dimyati ditimbali (dipanggil) oleh KH Sahal Mahfudz.
Saat itu, Abah Dim datang dalam kondisi kaki dan pakaiannya penuh dengan lumpur tanah sawah.
Karena datang masih dengan pakaian kotor, kata Gus Mus, Abah Dim ditanya KH Sahal Mahfudz, apakah dari sawah.
"Dengan lugu, KH Dimyati menjawab, nggih, niki wau bar daut (iya, ini tadi habis mencabut bibit padi)," kata Gus Mus seingatnya.
Meski demikian, Gus Mus mengapresiasi penuh kegigihan hidup almarhum.
Dalam kondisi yang berat, KH Dimyati Rois tidak pernah menyerah ataupun takut sedikitpun jatuh miskin.
Dia (Abah Dim) tetap istiqomah mengajar santri-santrinya, serta istiqomah membaca, dan mengkaji kitab-kitab.
Bahkan, kegigihannya untuk tetap mengajarkan ilmu agama tetap terjaga hingga menjelang wafatnya, mujahadah rutin pun selalu jalan.
"Hidupnya tenang, tidak pernah merasa susah dan tidak pernah merasa takut sedikitpun."
"Tidak pernah takut jika jatuh miskin, tidak takut tidak punya jabatan atau lainnya," tuturnya.
Dengan keilmuan yang mendalam dimiliki KH Dimyati Rois, beliau kerap menjadi rujukan dalam memecahkan sebuah permasalahan dan kebijakan-kebijakan tertentu.
Putra KH Dimyati Rois, Gus Alamudin berterima kasih kepada semua jemaah yang hadir dan mendoakan almarhum ayahanda.
Dia tidak menyangka akan banyak sekali warga yang mendoakan.
Dia berharap, anak-anaknya bisa meneruskan apa yang sudah menjadi perjuangan sang ayahanda.
"Semoga kami anak-anaknya diberikan kekuatan untuk dapat meneruskan perjuangan abah," terangnya melalui Tribunjateng.com, Jumat (17/6/2022). (*)
Baca juga: Amerika Mulai Lirik Hasil Produksi Plywood di Batang, Perusahaan Ini Ekspor Perdana 3.800 Lembar
Baca juga: Sadio Mane Cari Pendamping Hidup, Syarat Tidak Punya Akun Medsos, Melissa Reddy Masuk Kriteria?
Baca juga: Cerita Ketegangan Timnas Indonesia Lolos Piala Asia 2023, Aryanto: Terbawa Hingga di Meja Makan
Baca juga: Lautaro Martinez Tolak Bereuni Bareng Antonio Conte, Masih Setia di Inter Milan