Berita Nasional

2 Kelompok Bawah Tanah yang Disebut Coba Pengaruhi Vonis Ferdy Sambo, Pertarungan Belum Selesai

Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terdakwa kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, Ferdy Sambo menjalani sidang pembacaan tuntutan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (17/1/2023).

"Dari sisi intelijen kita melihat indikasi. Putusan (tuntutan) terhadap Sambo indikasi itu ada," katanya dikutip dari tayangan Primetime Metro TV, Jumat (20/1/2023). 

Dijelaskan Soleman,  jaksa dalam menuntut penuh semngat, tidak ada yang meringankan, semua unsur 340 untuk maksimum terpenuhi.

"Ibaratnya jaksa sudah bilang, misalnya ada kotak yang rodanya 4 ditarik mesin, sudah pasti orang bilang itu, mobil,

Tapi apa yang dilakukan jaksa, dia sudah bilang ada 4 kotak, ditarik oleh mesin punya stir, tapi dia bilang itu delman. Itu ibaratnya," katanya.

Menurut Soleman, jika mengacu pada uraian jaksa di persidangan unsur 340 KUHP itu terpenuhi dan tidak ada alasan yang meringankan.

Itu artinya dia terpenuhi mendapat hukuman maksimal, mati. 

"Tapi kan tidak, seumur hidup. Ini indikasi. ada something wrong," tegas Soleman. 

Indikasi kedua terlihat dari tuntutan Bharada E. 

Menurut Soleman, tidak benar jika dalam tuntutannya Bharada Eliezer harus dibandingkan dengan Ferdy Sambo.

Menurut Soleman, dengan pangkat Bharada, Eliezer itu tidak boleh berpikir, tapi harus melaksanakan perintah.

"Bharada itu kalau sepatu, pangkat yang paling di bawah sekali. Dia di Brimob. Di Brimob pangkat paling bawah sekali itu tidak boleh berpikir. Mereka hanya melaksanakan perintah,: katanya. 

Dengan kondisi ini, Bharada E tidak bisa dibandingkan dengan Ferdy Sambo.

Soleman juga melihat hal-hal sebelum terjadi penembakan itu, dimana ada pertemuan antara Bharada E dengan Ferdy Sambo, ada penyerahan kotak peluru dan ada perintah untuk menembak. 

"Kalau sudah ada 3 pendahuluan, maka ketika tiba saatnya, apapun itu keluar dari sambo, mau sikat, hajar, tendang, hantam. Di otaknya itu hanya satu, tembak mati. Kenapa, karena sudah dikasih peluru. Itulah didikan bagi seorang tambtama di polisi semimiliter. Eliezer ini tidak boleh berpikir, hanya melaksanakan tugas," katanya. 

Saat disinggung siapa kelompok di balik gerakan bawah tanah itu, Soleman tidak mau mengungkapkan.

Halaman
1234

Berita Terkini