“Kamu memiliki semua gaya gravitasi berbeda yang menarik dan mendorong bulan, yang memberi kesempatan untuk melewati jarak dekat ini,” tuturnya.
Baca juga: Nelayan Kota Pekalongan Libur Melaut, Beberapa Hari Ini Pasang Air Laut, BMKG: Dampak Supermoon
Faktor Terjadinya Supermoon
Terdapat dua faktor yang mendukung terjadinya fenomena supermoon, yakni perigee dan fase purnama.
Perigee bulan setiap 27 hari sekali dan fase purnama setiap 29,5 hari saat matahari menyinari bulan sepenuhnya.
Diperkirakan bulan akan tampak 30 persen lebih terang dan 14 persen lebih besar dari biasanya.
Namun, sangat sulit untuk melihat perbedaannya dengan mata telanjang.
“Itu tidak cukup untuk diperhatikan (perbedaannya) kecuali kamu adalah pengamat bulan yang sangat berhati-hati,” kata Petro.
Disebut juga "Buck Moon"
Supermoon yang terjadi pada Senin (3/7/2023) dapat juga disebut “buck moon” dengan sebutan fenomena itu pada tanggal lainnya yang berbeda-beda.
Buck Moon merupakan yang terdekat dibanding dengan supermoon lainnya pada tahun ini.
Jaraknya dari Bumi, yakni 224,895 mil atau 361,934 kilometer.
Istilah buck moon yang diberikan berasal dari Maine Farmer’s Almanac yang terbit pada 1930-an.
Dijelaskan, suku Algonquin yang hidup di benua Amerika Utara menyebut bulan purnama pada Juli sebagai “buck moon” karena itu sesuai dengan waktu rusa muda mulai menunjukkan tanduk. (*)
Artikel ini telah tayang sebelumnya di Kompas.com berjudul Ada Supermoon 3 Juli 2023, Bisa Diamati di Indonesia?
Baca juga: 2 Kata Terakhir Lionel Messi Kepada Cesc Fabregas yang Gantung Sepatu: Peluk Erat
Baca juga: HASIL Liga 1: Pinalti David da Silva Selamatkan Persib Bandung, Nyaris Kalah Lawan Madura United
Baca juga: Perbaikan Dokumen Administrasi Bacaleg, KPU Karanganyar Tekankan Soal Keterwakilan Perempuan
Baca juga: Bentrok Suporter Usai Persis Solo vs Persebaya Surabaya, Polisi Tahan 7 Orang, Ini Perannya