“Bahkan Presiden Jokowi, berkali-kali mengatakan, ketahanan pangan ini perlu. Apalagi di musim sekarang, dengan badai el nino. Menjadikan curah hujan turun di Indonesia dan terjadi kekeringan,” pungkasnya.
Akibat pangan memjadi komoditas strategis terkait kedaulatan, beberapa negara yang biasa mengekspor berasnya ke Indonesia, saat ini menutup kran ekspor pangan. “Karena mereka sendiri juga membutuhkan. Pangan adalah kebutuhan yang tidak mugnkin dihindari,” kata Chriswanto.
Ia menjelaskan, saat ini terjadi perebutan di dunia. “Pertama adalah energi, kedua air, ketiga pangan, dan keempat adalah logam. Seperti nikel, karena merupakan bahan untuk teknologi tinggi yang digunakan di dunia,” jelasnya.
Menurutnya, pangan adalah syarat mutlak manusia bisa hidup. Bahkan, pangan menjadi bagian untuk mengendalikan manusia yang lainnya. “Ini menjadi permasalahan. Maka dalam hal ini, LDII menjadikan pangan sebagai bagian untuk membantu Indoensia bertahan dari tekanan, dan tidak mengelami ketergantungan dengan negara lainnya,” pungkasnya.
Untuk itu, ia berharap, webinar ini tidak berhenti di sini. “Saya membayangkan, LDII melalui Kordinator Bidang Pengabdian Masyarakat (Penamas), menerbitkan booklet, bagaimana memanfaatkan hortikultura untuk ketahanan pangan di rumah tangga.
Petunjuk yang sederhana, dengan lahan yang ada, menjadikan individu yang punya daya tahan terhadap pangan yang luar biasa, yang secara kolektif akan menjadi kekuatan yang luar bisa,” katanya.
Selain itu, Chriswanto mencontohkan, LDII memiliki pionir-pionir di bidang pangan. “Ada saudara kami yang bisa menjadikan lahan gambut, menjadi produktif.
Di Pekanbaru, ada saudara kami, mengembangkan area agro ekowisata, dan di sana berhasil menanam ketela pohon. Ini bisa sebagai diversifikasi pangan, juga menjadi alternatif bahan untuk dibuat etanol, sebagai alternatif ketahanan energi,” jelasnya.
Maka, ia berharap, LDII melalui Penamas, dapat juga memanfaatkan teknologi, seperti kecerdasan buatan. Di rumah-rumah, tidak perlu ditunggui, dapat melakukan budidaya pangan. “Kapan akan melakukan pengairan dan pemupukan, bisa berjalan sendiri. Untuk skala kecil, dan tidak mahal, saya kira, ahli-ahli LDII mampu melakukan itu,” pungkasnya.
Menutup paparannya, Chriswanto melalui webinar tersebut berharap, dapat memberikan rekomendasi untuk meningkatkan produktivitas pangan.
“Terutama, bagaimana membangun ketahanan pangan dari elemen terkecil, yaitu rumah tangga. Oleh karena itu, konsep-konsep sederhana sebagai solusi untuk individu warga negara, maupun kolektif pada negara, dapat diangkat dalam momen Rapat Kerja Nasional (Rakernas) LDII. Menjadi rekomendasi nasional, untuk membangun ketahanan pangan di Indonesia,” tutupnya.
Acara tersebut menghadirkan narasumber Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Pangan Nasional, Andriko Noto Susanto. Peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Agung Eru Wibowo. Dokter Spesialis Gizi Klinik Martin Ayuningtyas Wulandari. Serta anggota PPKK DPP LDII yang juga psikolog Dewi Ilma Antawati, dengan moderator Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional, Rubiyo. (*)
Baca juga: Ketum LDII Berpesan Pemilu Jangan Rusak Persatuan Bangsa dan Imbau Buat Program Pengabdian Prioritas
Baca juga: Silaturrahim dengan Wapres, DPP LDII Paparkan Agenda Rakernas LDII 2023
Baca juga: Saat Temui LDII, Kabaintelkam Ingatkan Munculnya Aktor Adu Domba dan Provokasi Memecah-belah Umat
Baca juga: Temui Menhan Prabowo, LDII Sepakati Berantas Kemiskinan, Perkuat Ekonomi dan Nilai-Nilai Pancasila
Baca juga: Pengosongan Pulau Rempang Tak Jadi 28 September, Masih Tunggu Semua Mau Direlokasi
Baca juga: Energi Antarkan Desa Sejahtera, Mimpi Anak Bangsa Wujudkan Cita-Cita Makin Nyata
Baca juga: Kawasan Baturraden Bakal Jadi Percontohan Penerapan Angkutan Kawasan Wisata Tertentu