TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Usia muda tak menjadi penghalang manusia meraih kesuksesan.
Namun, tak ada kesuksesan yang didapat dengan cara instan, tentunya membutuhkan perjuangan keras agar bisa sukses di bidang yang ditekuninya.
Ali Esmanto, pemuda asal Desa Temulus RT 2 RW 6, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus membuktikannya.
Pria 32 tahun itu kini mempunyai dua jenis usaha yang cukup sukses. Masing-masing adalah outlet eskrim di dua cabang, dan produksi jenang Kudus.
Baca juga: Pengembang Perumahan Subsidi Gugat PTUN Bupati Kendal, Pembatalan Tukar Guling Tanah di Botomulyo
Baca juga: 2 Residivis Eks Nusakambangan Ditangkap Polres Jepara, Amankan Sabu Senilai Ratusan Juta Rupiah
Dua jenis usaha tersebut mampu menghasilkan puluhan juta per bulannya. Kini Ali sudah memiliki puluhan karyawan yang membantu jalannya bisnis es krim dan produksi jenang rintisannya.
Kepada tribunjateng.com, Ali Esmanto bercerita, cita-cita pada masa Ali ingin menjadi seorang ahli di bidang teknik, baik teknik sipil maupun teknik industri.
Pada saat itu, dia masih diminta oleh orangtuanya untuk belajar yang rajin, sedangkan ibunya bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta di Kudus.
Pada usia SMP, mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Kudus periode 2019-2022 itu mulai merasakan ketertarikan terhadap dunia usaha.
Saat itu dia sedang fokus belajar, sembari membantu usaha dagang sembako orangtuanya.
"Waktu itu, saya melihat dan berpikir bahwa menjalani dunia usaha sepertinya lebih tenang. Kesibukan saya sewaktu SMP ya belajar, aktif di bidang organisasi, dan tidak lupa bantu jualan orangtua sampai SMA," terangnya, Kamis (26/10/2023).
Untuk mewujudkan cita-citanya, Ali sempat mendapati kendala ketika beberapa kali tertolak mendaftar jurusan perekonomian di beberapa universitas negeri di Semarang.
Dia justru keterima di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Veteran Semarang yang kini berubah nama menjadi Universitas PGRI Semarang.
Meski menjalani kuliah tidak pada jurusan yang diinginkan, namun Ali berhasil menyelesaikan pendidikan S1 mulai 2009-2013.
Hasrat ingin menjadi seorang pengusaha tetap membara dalam diri Ali. Dia pun bertekad menyisihkan rupiah demi rupiah dari uang saku untuk mengumpulkan modal usaha saat lulus.
"Saya aktif di koperasi mahasiswa, belajar banyak di koperasi sampai lulus. Tekad saya saat itu bagaimana caranya lulus kuliah jadi pengusaha. Sejak saat itu saya persiapkan nabung, untuk persiapan lulus langsung terjun di dunia usaha," ucapnya.
Ali lulus menjadi sarjana dan berhasil mengumpulkan modal usaha Rp 80 juta hasil menyisakan uang saku dan uang kos. Dana tersebut hasil perjuangan hidup sederhana selama menjalani perkuliahan.
Modal usaha itu lantas digunakan untuk merintis budidaya cacing merah untuk obat-obatan. Dengan harapan usaha awalnya membuahkan hasil sembari belajar dunia usaha.
"Saya belajar autodidak budidaya cacing merah selama kurang lebih 1 tahun. Banyak pasang surutnya, akhirnya saya tutup karena harga jual cacing enggak stabil sampai turun terus," katanya.
Ali pun mencoba beralih usaha di bidang eskrim pada awal 2015 dengan memanfaatkan sisa modal yang ada Rp 50 jutaan.
Modal tersebut dia manfaatkan untuk menyewa kios kecil dan membeli kebutuhan dagang.
Usaha jualan es krimnya berkembang cukup baik, sehingga bisa menambah satu kios lagi sebagai pengembangan usaha.
"2018-2019 dua ruko es krim yang saya bangun cukup ramai. Kala itu omzetnya bisa sampai Rp 70-80 juta perbulan saat musim kemarau dengan memberdayakan 18 orang karyawan. Ketika musim penghujan omzetnya turun separonya," jelasnya.
Sementara usaha produksi jenangnya ditempatkan di rumah tinggal. Saat ini produksinya mencapai 240 kilogram per hari dengan memberdayakan 23 karyawan.
Capaian tertingginya berhasil memproduksi jenang hingga 480 kilogram per hari sebelum Pandemi covid-19 melanda.
Produk jenang Ali sudah tembus pasar Jawa, Yogyakarta, Kalimantan, dan Sulawesi.
Dia juga aktif dalam berbagai organisasi seperti ketua HIPMI 2019-2022, bendahara Kamar Dagang Industri Kudus pada 2022, dan saat ini menjabat sebagai Dewan Pembina HIPMI Korwil eks Karesidenan Pati.
"Saya juga sering mengikuti berbagai pelatihan di bidang kewirausahaan. Dari situ belajar tentang manajemen keuangan, hingga manajemen pemasaran," tuturnya.
Berlatih Mental
Selama menekuni dunia usaha, Ali menyebut sudah mengalami berbagai pengalaman suka dan duka. Suka di kala usahanya laris manis diminati masyarakat, omzet naik, dan bahan baku murah.
Duka menjadi pengusaha di kala mengalami kerugian, banyak karyawan pindah, dan bahan baku tidak stabil.
Kata dia, suka dan duka seorang pengusaha adalah jembatan menuju kesuksesan, sehingga harus dilalui dan disikapi dengan mental yang kuat.
"Namanya juga ikhtiar atau usaha, pasti ada prosesnya. Harus melakukan evaluasi dan memperbaiki," ujarnya.
Omzet usaha yang dirintis Ali pernah turun drastis karena tutup 3 bulan dampak pandemi covid-19.
Kala itu, dia harus kehilangan potensial omzet hingga Rp 150 juta dari usaha jenang lantaran tidak bisa kirim barang. Namun, akhirnya berhasil melewati masa sulit tersebut, dan bisa bangkit secara perlahan pasca pandemi melanda.
Sebagai pengusaha muda, Ali berpesan kepada para genarasi muda Indonesia agar tidak takut dalam mencoba.
Pelaku usaha pemula disarankan untuk memilih jenis usaha dengan resiko kegagalan rendah. Usaha tersebut dijadikan sebagai batu loncatan menuju usaha yang dicita-citakan sesungguhnya.
"Hal yang perlu ada adalah niat, kemudian modal usaha, dan berani mencoba. Butuh tekad dan keberanian, harus dimulai dulu, dijalankan dan dievaluasi. Semua proses tidak instan, harus melewati proses-prosesnya," tutur dia. (Sam)