Sesungguhnya Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan. Hai kaumku, lakukanlah apa yang kalian mampu.
Sesungguhnya, aku pun akan melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang aku yakini.
Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta.
Tunggulah azab, sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu.”
Peringatan Syu’aib ternyata tidak juga memengaruhi hati mereka.
Mereka tetap mempertahankan tradisi, adat istiadat, dan agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka
. Di samping itu, jika sudah merasa tidak berdaya menghadapi penjelasan Nabi Syu’aib,
mereka lalu melemparkan tuduhan-tuduhan kosong, seolah-olah Nabi Syu’aib adalah tukang sihir dan ahli sulap yang ulung.
Mereka telah berani menentang Nabi Syu’aib.
Mendengar tantangan kaumnya, Nabi Syu’aib berdoa kepada Allah agar menurunkan azabnya kepada kaum Madyan.
Allah berkenan menerima permohonan dan doa Syu’aib.
Allah memerintahkan Nabi Syu’aib dan pengikutnya yang beriman agar meninggalkan Madyan.
Sementara itu, orang kafir mengira bahwa Nabi Syu’aib pergi karena rasa malu sehingga meninggalkan Madyan. (*)