Berita Wonosobo

Sasar Pangsa Pasar Lebih Luas, Kelompok Tani Tembakau di Wonosobo Mulai Produksi Tembakau Lembutan

Penulis: Imah Masitoh
Editor: Catur waskito Edy
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar linting bareng bersama Kades dan kelompok tani tembakau di Kertek, Rabu (17/1/2024).

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Acara Linting Bareng dan Mini Expo Kertek dibuka langsung oleh Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar, Rabu (17/1/2024) berlangsung di halaman BPP Ngawen.

Ketua Panitia Acara Linting Bareng dan Mini Expo Kertek, Afriawan mengatakan, acara ini menjadi wadah para petani tembakau untuk terus meningkatkan harga jual tembakau.

"Acara ini murni dari para petani tembakau. Jadi selama 4 tahun ini, tembakau harganya bisa dikatakan tidak menguntungkan. Kami berinisiatif membuat produk lembutan untuk dijual ke pasar yang lebih luas," ungkapnya.

Harapannya, dengan membuat produk tembakau lembutan dapat menambah penghasilan para petani, yang biasanya hanya membuat tembakau rajangan.

Hingga saat ini di wilayah Kertek Wonosobo ada sekitar 31 kelompok tani. Sebanyak 15 kelompok tani sudah mulai mengolah tembakau lembutan yang berasal dari Desa Kapencar, Reco, Purbosono, Candiyasan, dan Madukara.

"Sebenarnya kalau lembutan sudah ada dari dulu, cuma kita sebagai petani belum memfokuskan untuk dijual, jadi hanya untuk rokok sendiri. Tahun sebelumnya hanya mengencerkan saja. Tahun ini untuk lembutan kita sudah setor ke pabrik di Malang Jawa Timur," jelasnya. 

Sementara itu, Kepala Dispaperkan Kabupaten Wonosobo, Dwiyama SB menyampaikan wilayah Kertek Wonosobo cukup potensial untuk ditanami tembakau. Mengingat idealnya pengembangan tembakau ada di lereng-lereng gunung. 

Ia mengatakan, di wilayah Kertek dengan luasan tanah mencapai 1.219,5 hektar, dengan produksi tembakau sekitar 865,85 ton per tahun. Artinya produksi sebesar itu akan melibatkan banyak pihak untuk terus mengembangkan tanaman tembakau di tempat yang potensial.

Ada 8 desa di wilayah Kertek yang menjadi kawasan sentra tembakau seperti di Desa Kapencar, Purbosono, Candiyasan, Candimulyo, Damarkasiyan, Pagerejo, dan Tlogomulyo.

Dwiyama menyebut, selama ini tembakau yang diproduksi baru terbatas untuk kebutuhan pabrikan rokok. Meskipun ada sebagian kecil sekitar 10-15 persen diolah sendiri oleh petani untuk dikembangkan menjadi tembakau lembutan dan garangan.

"Sebarannya banyak tempat yang berpotensi untuk ditanami tembakau. Kita harap selain jadi konsumsi pabrikan, kalau lembutan baru-baru ini berkembang sekitar 2-3 tahun, kalau garangan sudah lama termasuk daerah Tieng, terbaik," terangnya.

Karena pemasaran sampai ke luar kota. Harapannya perkembangan tembakau lembutan khususnya di Kertek bisa naik, dari sisi perkembangan produksi atau packing, Dwiyama melihat sudah cukup bagus.

"Tembakau harus berpita cukai, apalagi yang sudah dikemas sebagai produk untuk diperdagangkan. Para Poktan tembakau lembutan nanti dikembangkan, apakah mau bikin asosiasi atau koperasi silahkan didiskusikan," tandasnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Wonosobo Muhammad Albar menginginkan, petani tembakau di Wonosobo dapat terus berinovasi untuk meningkatkan harga jual tembakau.

"Tembakau prosesnya panjang dan kebanyakan secara alamiah. Wonosobo ini memiliki kondisinya cuacanya tidak mendukung sehingga hasil panennya tidak maksimal. Sehingga kelompok tani tembakau harus terus berinovasi dan berkreasi bagaimana agar tembakau tetap bagus dan mahal," ujarnya 

Halaman
12

Berita Terkini