"Salah satu contohnya kasus di Blora. Di mana, DPD setempat diminta mempersiapkan kampanye untuk DPW PSI Jateng. Tetapi pada hari H ternyata batal tanpa pemberitahuan, padahal sudah ada 1.000 orang yang datang," tuturnya.
Yogo juga dinilai tidak mampu membangun komunikasi antar caleg. Sehingga sering terjadi kekisruhan diakar terkait daerah pemenangan masing-masing.
Terjadi tumpang tindih di basis kemenangan.
"Saya (sebagai caleg) mengalami itu, jadi ada wilayah yang masuk wilayah kemenangan saya, tapi ada caleg lain yang masuk. Padahal itu seharunya diatur oleh DPW," tandasnya.