TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Seorang anak SMK Negeri 5 Semarang berinisial G diduga dibawa polisi meskipun tidak terlibat aksi demonstrasi.
Menurut kesaksian warga dan video yang sempat direkam oleh warga tampak anak SMK tersebut memberontak ketika hendak dibawa oleh polisi.
Saksi mata sekaligus teman korban, Fadil mengatakan, korban dibawa polisi ketika menyaksikan aksi demonstrasi di Jalan Pemuda atau depan Balai Kota Semarang.
Dia dan korban melihat aksi demo itu karena diajak temannya.
"Diajak teman untuk lihat demo, saya bilang ke korban jangan lihat dekat-dekat tapi dia nekat lihat di pinggir jalan (halte BRT depan gang Bedagan) akhirnya dikira ikut demo," bebernya.
Fadil yang tidak melihat terlalu dekat akhirnya bisa melarikan diri ke arah dalam gang Bedagang, Sekayu, ketika polisi mengarah ke jalan tersebut.
Adapun korban G ditangkap oleh polisi. Dalam rekaman video warga, tampak enam polisi berbaju preman mengangkat tubuh korban secara paksa.
Korban yang masih mengenakan seragam putih abu-abu tampak memberontak. Korban meninggalkan motor Astrea di depan rumah warga yang kini hendak diambil oleh teman-temannya. "Motornya mau kami bawa pulang," terang Fadil.
Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengaku, melihat ada beberapa polisi melakukan pemukulan ke G pelajar SMK yang dibawa polisi. "Saya tahu itu pelajar karena pakai seragam. Saya dilihat dia dipukuli otomatis kita tak tega terus kita bilang ke polisi pakai baju preman, pak jangan pukuli, itu anak kecil," bebernya.
Selepas diprotes warga, pelajar G berhenti dipukuli lalu dibawa ke arah Balai Kota. "Kita baru tahu motornya pelajar itu ketinggalan saat temannya datang ke sini," ungkapnya.
Sebelumnya, sebanyak 27 pendemo dibawa ke Mapolrestabes Semarang, Senin (26/8/2024) malam.
Puluhan pendemo ini meliputi 21 pelajar SMA. Sisanya, 6 orang mahasiswa dari berbagai kampus. Namun, data masih bersifat sementara lantaran kuasa hukum belum dapat menemui para pendemo yang ditangkap.
"Kami sampai malam ini belum mendapatkan menemui para pelajar yang ditangkap," ujar kuasa hukum dari Gerakan Rakyat Menggugat, Tuti Wijayanti di Mapolrestabes Semarang.
Selain 26 pendemo yang ditangkap, pihaknya mencatat ada sebanyak 40 pendemo alami luka-luka hingga dilarikan ke sejumlah rumah sakit di antaranya RS Roemani dan RSUP Kariadi Semarang.
"Luka paling parah 5 orang kepala bocor kena pentungan. Sisanya kena dampak gas air mata," tuturnya.
Semetara, Wakapolda Jateng Brigjen Agus Suryonugroho sempat menemui para pelajar SMK yang ditangkap Polrestabes Semarang di ruangan penyidik Jatanras.