"Obat-obatan diberi lengkap juga dijelaskan oleh petugas rumah sakit,” ucapnya.
Apabila memang dirinya tidak memahami suatu prosedur atau pengobatan yang akan dijalani ke depannya, petugas rumah sakit sangat sabar menjelaskan.
Hingga akhirnya dia dan suami memahami.
Menurut pengalaman yang dia rasakan, tidak ada perbedaan pelayanan antara peserta JKN maupun pasien umum.
“Alhamdulillah, jika pengobatan saya dijamin oleh BPJS Kesehatan, bagaimana ya, mboten wonten ingkang disade."
"Saya tidak punya apa -apa."
"Kami hanya bisa pasrah."
"Apalagi pernah dikasihtahu untuk kemoterapi bisa sampai Rp15 juta,” ucapnya.
Besar harapan Musodah dan suami agar Program JKN ini terus ada sampai kapanpun.
Menurutnya, jika tidak ada Program JKN bagaimana nasib masyarakat seperti dirinya yang bisanya hanya pasrah atas keadaan karena tidak ada biaya untuk berobat.
“Kami percaya Program JKN ini akan terus ada dan melindungi kami,” tutupnya. (*)
Baca juga: Sosok Pengganti Respati Ardi Sebagai Ketua BPC HIMPI Solo Ditentukan Saat Muscab 22 Februari 2025
Baca juga: 3 Hari Terakhir Ini, Debit Air Bendung Wilalung Kudus Meningkat
Baca juga: 6 Rekomendasi Kuliner di Kudus yang Bisa Dikunjungi Saat Liburan Imlek 2025
Baca juga: Banjir Luapan Sungai Tuntang di Desa Papanrejo Grobogan, 5 Rumah Hanyut hingga Rel Kereta Ambles