"Seperti saya ini minta dibuatkan nasi goreng harga Rp5 ribu."
"Porsinya lebih banyak."
"Saya juga tambah lauk telur dadar, harganya Rp4 ribu."
"Kemudian gorengan Rp2 ribu dapat tiga."
"Saya makan enam gorengan."
"Minumnya es air putih Rp1 ribu."
"Total cuma Rp14 ribu sudah bisa makan enak dan kenyang banget,” kata Eko yang sudah beberapa kali datang ke warung ini.
Baca juga: Baznas Se-Eks Karesidenan Pati Rakor di Blora, Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan Ekstrem
Baca juga: 18 Rumah di Doropayung Masih Kebanjiran, BPBD Pati Kirim Bantuan Logistik
Eko awalnya tertarik untuk mencoba makan di sini setelah melihat konten video tentang nasi goreng di warung ini berseliweran di beranda media sosialnya.
Dia tidak menyangka, di Pati Kota, pada 2025 masih ada yang menjual nasi goreng dengan porsi mengenyangkan semurah itu.
Lasmiati mengatakan, dia mulai berjualan nasi goreng di rumah sejak 2014.
Saat itu, dia hanya memasang harga Rp2 ribu per porsi.
Lambat laun harganya naik menjadi Rp3 ribu dan sekarang Rp4 ribu.
“Supaya anak-anak yang uang sakunya sedikit bisa jajan kenyang juga,” kata dia menjelaskan mengapa mematok harga sedemikian murah.
Dalam sehari, Lasmiati bisa memasak sekira 20 kilogram beras untuk diolah menjadi sekira 200 porsi nasi goreng.
“Dulu sehari bisa sampai 30 kilogram beras saya masak tiap hari."