TRIBUNJATENG.COM - Di tengah kelangkaan gas elpiji 3 kilogram yang melanda berbagai daerah, Desa Rajek di Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, memiliki solusi luar biasa.
Warga desa ini tak perlu khawatir lagi soal pasokan gas, karena mereka mendapatkan pasokan gas langsung dari alam, tepatnya dari bawah tanah mereka sendiri.
Keberuntungan ini berawal dari penggalian sumur yang dilakukan oleh warga Desa Rajek.
Ketika sumur digali hingga kedalaman tertentu, muncul air yang bercampur dengan gas.
Baca juga: Gas LPG 3 Kg Langka, Pengecer Jual hingga Rp 30.000 per Tabung
Baca juga: Sah! Daftar Harga LPG 3 kg Melon dan Bright Gas Pertamina Terbaru per Jumat 7 Februari 2025
Ternyata, di bawah tanah desa ini tersimpan gas alam dengan kadar yang cukup tinggi, yang selama ini tidak diketahui oleh siapapun.
Penemuan ini tentu menjadi berkah bagi warga setempat. Alih-alih bergantung pada pasokan gas elpiji dari luar, mereka kini memiliki sumber energi yang lebih terjangkau dan lebih mudah diakses, langsung dari tanah mereka sendiri.
Kabar ditemukannya gas ini terdengar oleh Pemerintan Daerah Grobogan dan Provinsi Jawa Tengah.
Mereka lantas turun untuk mengecek lokasi dan membantu warga untuk memanfaatkan gas tersebut sebagai sumber energi.
"Ditemukan adanya gas ini karena penggalian sumur dari tempate Mbah Kiai pada tahun 2013, kemudian tahun 2017 dilakukan pengeboran dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah untuk mencari gas ini," tutur Sarmadi, pengelola gas rawa Desa Rajek kepada TribunJateng.com, Jumat (7/2/2025).
Pemerintah juga memberikan bantuan berupa instalasi atau panel khusus yang berfungsi untuk mengalirkan gas alam ke rumah-rumah warga.
Dengan instalasi tersebut, gas bisa disalurkan langsung ke rumah-rumah, menggantikan penggunaan gas elpiji yang selama ini menjadi kebutuhan pokok warga.
Gas Rawa Menjangkau Puluhan Rumah
Saat ini, puluhan rumah di Desa Rajek telah merasakan manfaat dari keberadaan gas alam ini.
Para warga tidak lagi perlu repot-repot membeli gas elpiji dari pemerintah atau pengecer, yang sering kali sulit didapatkan atau harganya melonjak saat terjadi kelangkaan.
Semua kebutuhan rumah tangga yang terkait dengan gas, seperti memasak dan keperluan lainnya, kini bisa dipenuhi dengan lebih mudah dan terjangkau.
"Untuk saat ini yang masih aktif sekitar 18 sampai 20 rumah warga," kata Sarmadi.