UKSW Salatiga

Jurnalistik Berintegritas di Tengah Tantangan Digital: Perspektif Dosen dan Alumni UKSW

Editor: rival al manaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tokoh dosen dan alumni UKSW yang berkiprah dan berdampak di dunia jurnalistik.

TRIBUNJATENG.COM - Pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun ini, kita diingatkan akan perjalanan panjang dunia jurnalistik yang terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Dalam konteks ini, kita tidak hanya melihat peran media massa sebagai penyebar informasi, tetapi juga bagaimana wartawan dan jurnalis yang menjadi pilar utama dalam menjaga keberagaman informasi, nilai etika dan kontribusi bagi masyarakat. 

Sebagai bagian dari dunia pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) turut memberikan kontribusi penting melalui para dosen dan alumninya yang berkiprah di dunia jurnalistik.

Melalui kisah tiga tokoh penting dari UKSW, kita dapat melihat bagaimana mereka berperan dalam mewujudkan etika dan kualitas jurnalistik, terutama di era digital yang penuh tantangan ini. 

Amir Machmud: Menjaga Integritas Jurnalistik 

Amir Machmud NS, S.H., M.H., seorang jurnalis senior yang kini menjabat sebagai Pemimpin Umum portal berita suarabaru.id, adalah salah satu sosok yang sangat berpengaruh dalam dunia jurnalistik, baik di media cetak maupun digital.

Amir memulai karir jurnalistiknya pada tahun 1983 ketika ia masih kuliah. Sejak saat itu, Amir meniti karir dengan penuh dedikasi, mengawali dari menjadi reporter olahraga di Suara Merdeka hingga menduduki posisi Pemimpin Redaksi dan Direktur Pemberitaan hingga tahun 2018.

Pada 2013, Amir mulai bergabung dengan UKSW sebagai dosen terbang di Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM).

Saat ini, selain menjadi dosen di FISKOM UKSW, ia juga menjabat sebagai Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah dua periode (2015-2020 dan 2020-2025), yang memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang berintegritas tinggi di dunia pers.

Bagi Amir, dunia jurnalistik bukan hanya sekedar pekerjaan, tetapi juga panggilan untuk menjaga dan memajukan etika kewartawanan.

Melalui pengajaran di UKSW, ia mendorong para mahasiswa untuk memahami pentingnya etika jurnalistik dan penghayatan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Ia percaya bahwa kampus adalah ruang ideal untuk merawat idealisme jurnalistik dan mengajarkan mahasiswa tentang bagaimana media harus melayani masyarakat dengan informasi yang akurat dan tidak berpihak.

Di tengah berkembangnya era digital yang dipenuhi dengan kemudahan informasi, Amir menegaskan bahwa konvergensi media dan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) membawa tantangan besar. Menurutnya, "seni" jurnalistik tetap harus dijaga sebagai kompetensi yang terintegrasi antara seni teknis dan penghayatan etika.

“AI, misalnya, adalah pendukung untuk memperkuat nilai tambah produk jurnalistik, bukan justru memperlemah etos berjurnalistik dan bermedia,” tandasnya. 

Di UKSW, ia tidak hanya mengajarkan teori-teori dasar kewartawanan, tetapi juga mengajak mahasiswanya untuk melihat lebih dalam peran media dalam menjaga keberagaman dan menghormati integritas bangsa.

“Sebagai dosen UKSW, nilai-nilai Satya Wacana saya terapkan dalam pekerjaan jurnalistik sehari-hari, terutama dalam berkontribusi aktif dalam merawat kebhinekaan, dan sejauh mungkin memperjuangkan kemanusiaan dan keadilan,” imbuhnya. 

Halaman
123

Berita Terkini