Opini

Menuju Masa Depan yang Sehat: Strategi Holistik untuk Menghadapi Permasalahan Gizi Ganda pada Anak

Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ratih Sakti Prastiwi, Dosen Program Studi D-3 Kebidanan Politeknik Harapan Bersama

oleh: Ratih Sakti Prastiwi

Dosen Program Studi D-3 Kebidanan Politeknik Harapan Bersama

TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Di tengah kemajuan pesat era modern, masalah stunting di Indonesia tetap menjadi isu yang mendesak dan tak bisa diabaikan.

Meski kesadaran masyarakat terhadap stunting, kondisi kekurangan gizi kronis yang mengganggu pertumbuhan anak telah meningkat, data terbaru menunjukkan bahwa tantangan ini masih jauh dari selesai.

Pada akhir tahun 2024, prevalensi stunting di Indonesia mencatat penurunan signifikan hingga 14 persen.

Pencapaian ini merupakan langkah positif dalam perbaikan kesehatan anak, namun di balik angka yang menggembirakan ini, terhampar tantangan yang lebih kompleks dan menuntut perhatian serius.

Salah satu tantangan krusial yang mulai mengemuka adalah masalah gizi ganda, di mana anak-anak mengalami stunting disertai obesitas.

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa antara tahun 2022 dan 2023, sekitar 5,6 % anak penyandang stunting di Indonesia juga mengalami obesitas.

Walaupun angka ini lebih baik dibandingkan Afghanistan (9,5 % ), ia tetap menunjukkan tingkat krisis yang signifikan, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara yang dikenal dengan masalah gizi, seperti Ethiopia, yang hanya mencatat 1,33 % .

Di tengah berbagai program unggulan yang diluncurkan oleh pemerintah untuk menurunkan angka stunting, mulai dari pemberdayaan masyarakat hingga kerjasama lintas sektor, pendekatan saat ini sebagian besar berfokus pada penanganan stunting sebagai isu tunggal.

Ironisnya, dengan penanganan yang terfragmentasi ini, kita berpotensi menghasilkan solusi separuh hati yang tidak memadai untuk mencegah munculnya masalah kesehatan lainnya, seperti obesitas.

Salah satu upaya Pemerintah Kota Tegal dalam mengatasi masalah ini adalah program “Sego Sak Ceting”, yang memberdayakan masyarakat dalam mengatasi stunting melalui pendidikan kesehatan, promosi makanan sehat, dan monitoring gizi.

Namun, meskipun program ini mencatat kemajuan, pada tahun 2023 teridentifikasi 3,2 % anak di Kota Tegal mengalami masalah gizi ganda.

Temuan ini mengindikasikan bahwa upaya yang ada masih cenderung berwawasan sempit, dengan fokus utama pada pemenuhan gizi anak demi memperbaiki tinggi badan, tanpa mempertimbangkan keseimbangan gizi yang seharusnya.

Untuk itu, penting bagi kita untuk menyadari bahwa penanganan stunting dan obesitas tidak seharusnya diperlakukan sebagai isu yang terpisah.

Pencegahan harus dilakukan secara holistik dan komprehensif.

Dalam konteks ini, program “Pasti Main” bisa menjadi model yang efektif. 

Program ini menerapkan pendekatan kerjasama lintas sektoral dengan tidak hanya berfokus pada pencegahan stunting melalui peningkatan status gizi, tetapi juga menciptakan wadah-wadah ramah anak untuk melakukan aktivitas fisik.

Dengan menyediakan fasilitas dan lingkungan yang mendukung kegiatan fisik bagi anak-anak, program ini dapat mengintegrasikan upaya pencegahan stunting dan obesitas secara bersamaan, menjaga keseimbangan energi dan kesehatan anak secara keseluruhan.

Ke depan, keberhasilan dalam menurunkan stunting harus diimbangi dengan komitmen untuk menciptakan solusi berkelanjutan yang juga memperhatikan ancaman gizi ganda.

Generasi mendatang yang sehat dan optimal tidak hanya ditentukan oleh peningkatan tinggi badan, tetapi juga oleh pendekatan holistik yang mampu menyelamatkan anak-anak dari segala bentuk kelebihan maupun kekurangan gizi.

Kita harus bersama-sama mendorong perubahan ini, agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dalam kondisi yang lebih baik dan masa depan yang lebih cerah.

Berita Terkini