TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Komsatun sudah lupa sejak kapan pertama kali dia terbiasa mencium aroma sampah begitu keluar dari rumah.
Mungkin menurutnya, sejak sedari masih kecil hingga kini dia sudah berkeluarga, bau itu tak juga pergi.
Dia tinggal di Jalan Untungsuropati Semarang, jalur yang selama ini menjadi perlintasan truk pengangkut sampah dari berbagai titik di Kota Semarang menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang.
Baca juga: Viral Kondisi Truk Pengangkut Sampah di Kota Semarang: Sudah Tidak Layak Tapi Masih Digunakan
Baca juga: Rp8,7 Miliar Disiapkan Perbaiki Jalan Kabupaten Semarang, Bupati Ngesti: Rusak Sedikit Jadi Viral
“Hampir tiap pagi ada sampah yang jatuh, tercecer di jalan."
"Kalau terkena angin, aromanya bisa masuk rumah,” katanya saat ditemui Tribunjateng.com di depot isi ulang air miliknya, sekira 1 kilometer dari TPA Jatibarang Semarang, Jumat (11/4/2025).
Komsatun tahu betul ritme para pengangkut sampah.
Selepas Isya hingga dini hari, satu per satu ramai truk melintas, di jalan yang menanjak itu.
Namun saat siang hingga sore hari, volume aktivitas para pengangkut sampah jauh berkurang.
Banyak truk dengan menggunakan bak tua yang sudah berkarat dan berlubang, tetap beroperasi dengan mengangkut sampah yang terkadang melebihi muatannya.
Sampah-sampah dari dalam bak kerap jatuh begitu saja ke jalan.
Entah karena lubang yang tak ditambal atau bak truk yang tak ditutup.
Ketika pagi menyambut, sudah disajikan dengan pemandangan sampah bercecer di jalanan Untung Suropati Semarang.
Kalau jumlah sedikit yang jatuh, kadang dibiarkan saja.
Jika jumlah banyak, warga setempat yang membersihkannya agar tak mengganggu lalu lintas.
Sampah yang jatuh ke jalanan bisa saja berupa kemasan makanan dan minuman, ataupun sayur dan buah yang sudah busuk bahkan popok bayi.
Dia khawatir, bukan hanya soal bau.
“Kalau ada yang lewat kendarai sepeda motor, terus nggak lihat ada sampah, bisa tergelincir,” ucapnya.
Ironisnya, keberadaan TPA itu juga memberi manfaat bagi usaha kecil Komsatun dan warga lainnya.
Beberapa pelanggan Komsatun adalah petugas yang bekerja di sana.
Tapi kondisi jalan yang kotor dan bau tak kunjung dibenahi membuat Komsatun berada di persimpangan, menggantungkan hidup dari sistem yang juga membuat hidupnya tak nyaman.
Baca juga: Dikerahkan 700 Polisi Amankan PSIS Semarang Vs Persik Kediri Jumat Sore Ini
“Saya cuma minta, truk-truk yang baknya berlubang itu dibenerin."
"Baknya ditutup, jangan dibiarkan terbuka."
"Kalau tertutup, sampahnya nggak kabur kena angin,” katanya.
Komsatun tidak banyak menuntut.
Dirinya hanya ingin bisa membuka jendela rumahnya tanpa harus menahan napas.
Tapi selama puluhan tahun, suara seperti miliknya tak pernah didengar.
Keluhannya bukan satu-satunya.
Sobirin, warga yang tinggal beberapa rumah dari Komsatun juga mengeluh hal yang sama.
“Sampahnya sering terbang, masuk ke halaman rumah."
"Harus sering-sering bersih-bersih,” ujarnya.
Di beberapa pagi, Sobirin membenarkan melihat sekelompok warga membersihkan sampah yang tercecer.
“Katanya digaji, tetapi ya gitu, bersihnya setelah banyak banget yang jatuh,” tambahnya.
Warga di Jalan Untung Suropati hidup berdampingan dengan sistem pengelolaan sampah kota yang tak tertata dengan baik.
Mereka bukan penolak TPA, karena mereka tahu kota ini butuh tempat untuk membuang.
Tapi mereka bertanya haruskah mereka yang menanggung baunya setiap hari?
Warga kawasan itu punya satu harapan kecil yang terus dia ulang.
Setidaknya agar bak truk diperbaiki, agar ditutup rapat, tak ada lagi sampah yang beterbangan karena angin.
Harapan sederhana dari orang-orang yang terlalu lama hidup berdampingan dengan hal yang seharusnya tak mereka tanggung sendirian.
“Kalau bisa, kami cuma ingin udara bersih."
"Rumah bersih, jalan bersih, cuma itu saja," harap Sobirin.
Baca juga: Truk Sampah Bocor, Warga Semarang Minta Jalan Bersih dan Udara Layak
Baca juga: Segini Jumlah Gaji yang Masih Diterima Robig Zaenudin Meski Terbukti Bunuh Pelajar Semarang
Kualitas Armada Pengangkut Sampah di Semarang Tak Layak
Sementara itu, pemerhati lingkungan yang juga dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Unissula Semarang, Dr Mila Karmilah menilai kualitas armada pengangkut sampah di Kota Semarang masih di bawah standar.
Dia menyebutkan, beberapa truk yang digunakan untuk mengangkut sampah tidak memenuhi standar kelayakan operasional.
Truk-truk tersebut, menurut Mila, seharusnya tidak hanya dinilai dari jumlahnya, tetapi juga kelengkapan fasilitas dan kelayakannya.
Salah satu yang menjadi perhatian ialah kondisi bak truk yang usang dan berlubang, serta ketiadaan penutup atau jaring pada bak truk yang menyebabkan sampah mudah tercecer selama proses pengangkutan.
“Sampah yang jatuh di jalan tak hanya menimbulkan bau, tetapi juga bisa membahayakan pengendara, terutama pengguna sepeda motor,” ujar Mila, Jumat (11/4/2025).
Selain itu, dia juga mencatat masih adanya truk yang tidak layak jalan tetapi tetap dioperasikan.
Kondisi ini dinilai berkaitan dengan lambatnya proses peremajaan armada, yang dimungkinkan karena keterbatasan anggaran atau prioritas pengadaan.
Persoalan lain yang muncul adalah keberadaan lindi atau cairan limbah dari sampah yang masih banyak dijumpai di jalanan.
Hal ini mencerminkan belum optimalnya proses pemilahan sampah dari sumber.
Dalam sistem yang ideal, sampah organik dan anorganik seharusnya sudah terpisah sejak dari lingkungan permukiman.
Mila memperkirakan, dengan penerapan pemilahan sejak dari kawasan, jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat dikurangi hingga 15 persen.
Penguatan kelembagaan seperti bank sampah di tingkat kecamatan atau kelurahan dinilai dapat membantu mengurangi beban TPA dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.
“Selain berdampak pada lingkungan, pengelolaan sampah yang baik juga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat,” tambahnya.
Namun demikian Mila menegaskan, aspek kualitas dan kelayakan alat angkut juga perlu menjadi perhatian utama agar pengelolaan sampah berjalan lebih optimal. (*)
Baca juga: Dirut KAI Wisata: 12 Ribu Wisatawan Kunjungi Museum KA Ambarawa Semarang Selama Libur Lebaran
Baca juga: Sosok Pembuang Bayi di Semak-semak Hutan Jati Blora Masih Misteri, Polisi: Minim Petunjuk
Baca juga: Jokowi Bereaksi, Tanggapi Rumor Ijazah Palsu: Siapa yang Menuduh, Dialah yang Membuktikan
Baca juga: Geger Mayat Perempuan Usia 28 Tahun di Kamar Hotel Poroliman Kudus, Korban Tewas Dibunuh?