Oleh: Agung Widhi Nugroho, S.Pd, Guru SDN Guci 01, Tegal
TRANSFORMASI digital dalam dunia pendidikan bukan lagi sekadar jargon. Menurut EdTech Readiness Index yang dirilis World Bank, banyak sekolah dasar di Indonesia masih menghadapi kendala dalam mengadopsi teknologi secara menyeluruh akibat keterbatasan infrastruktur, kesiapan guru, dan sistem pendukung yang belum terintegrasi dengan baik. Padahal, di tengah kebutuhan akan pelayanan pendidikan yang cepat, akurat, dan inklusif, pendekatan konvensional sudah tidak lagi memadai.
Menjawab kondisi tersebut, SDN Guci 01 Bumijawa, sebuah sekolah negeri di lereng Gunung Slamet, mengambil langkah progresif dengan meluncurkan POCI (Portal Online SDN Guci). Program ini dikembangkan secara mandiri oleh tim inovasi sekolah yang dipimpin oleh Agung Widhi Nugroho, S.Pd., sebagai bentuk digitalisasi layanan sekolah yang menyeluruh dan berdampak langsung kepada siswa, guru, dan orang tua.
POCI bukan sekadar portal informasi, melainkan rumah besar bagi dua program utama: ASTRA (Aplikasi Sistem Terpadu Rekap Absensi) dan GALAKSI (Gerbang Akses Literasi). Ketiganya terhubung dalam satu sistem web server sekolah yang menjadi pusat kegiatan digital. Tujuan utamanya sederhana, tetapi strategis: mempermudah layanan administratif, membangun disiplin, dan menumbuhkan budaya literasi berbasis teknologi.
Lewat ASTRA, proses presensi siswa berubah dari pencatatan manual menjadi otomatis berbasis Internet of Things (IoT). Siswa cukup menempelkan kartu ke mesin presensi yang terkoneksi ke sistem, dan kehadiran langsung tercatat serta dapat dipantau secara real-time oleh guru. Data presensi ini pun siap dicetak jika diperlukan.
Yang menarik, program GALAKSI hadir sebagai bentuk nyata transformasi literasi di sekolah. Dengan mengintegrasikan perpustakaan digital dan fisik, GALAKSI mencerminkan semangat perpustakaan hibrida yang juga didorong oleh Tanoto Foundation. Konsep ini menyeimbangkan akses terhadap bahan bacaan digital dan cetak, memudahkan siswa menjelajah buku secara daring sekaligus tetap menikmati pengalaman membaca fisik di perpustakaan. Melalui kartu yang sama, siswa dapat meminjam buku dengan sistem barcode yang praktis dan efisien.
Hasil dari ketiga program tersebut sangat nyata. Tahun 2025, sebanyak 32 siswa mendaftar melalui PPDB Online di POCI. Jika pada 2023 terdapat lima kelas yang mengalami kesalahan rekap presensi, maka kini seluruh 12 kelas telah 100 persen tercatat presensinya tanpa kesalahan berkat ASTRA. Rata-rata kunjungan harian ke perpustakaan meningkat dari 6 menjadi 15 siswa setelah peluncuran GALAKSI.
Inovasi ini mendapat pengakuan publik. SDN Guci 01 meraih penghargaan Terbaik 1 Kategori Guru Inovatif dalam ajang Innovation Award 2025 Kabupaten Tegal, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Baca juga: Inspirasi Angkie Yudistia Gugah 291 Mahasiswa Penerima Beasiswa Tanoto: Jangan Menyerah
Menurut Kepala Sekolah, Singgih Marwoto, “Program ini merupakan bentuk manifestasi visi sekolah menuju SDN Guci 01 sebagai Sekolah Digital 2026. Hal ini akan memberikan kami ruang untuk melayani dengan lebih responsif serta menjangkau lebih luas para pemangku kepentingan sekolah.”
Dari sisi pelaksana atau guru, Rizqiana Okta Firqoh, menyampaikan bahwa siswa sangat antusias dengan penggunaan kartu digital. “Mereka jadi semangat berangkat sekolah dan bangga memakai kartunya. Kartu itu membuat mereka merasa menjadi bagian resmi dari sekolah.”
Tak hanya guru dan siswa, orang tua pun merasakan dampaknya. Susi Faziatun, wali murid, mengatakan, “Anak saya sekarang jadi suka membaca karena meminjam buku jadi lebih mudah. Dia juga senang sekali punya kartu siswa yang bisa dipakai untuk absen dan meminjam buku. Semoga SDN Guci 01 selalu jaya.”
Dari sekolah dasar di kaki gunung, langkah ini membuktikan bahwa transformasi digital dan penguatan literasi bukan monopoli kota besar atau sekolah favorit. Dengan kreativitas, komitmen, dan pemanfaatan teknologi secara kontekstual, SDN Guci 01 menunjukkan bahwa inovasi bisa lahir dari mana saja dan dampaknya bisa menjangkau lebih luas dari yang dibayangkan. (*)