Berita Jateng

Investasi Jawa Tengah Melejit: Realisasi Capai Rp 45,58 Triliun, Terbanyak Masih di Pantura!

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

REALISASI - Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah Sakina Rosellasari paparkan realisasi investasi di Jawa Tengah, Senin (4/8/2025)

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Realisasi capaian investasi  Jawa Tengah meningkat.

Peningkatan tidak hanya di wilayah Pantura, Jawa Tengah bagian tengah dan selatan juga mengalami peningkatan.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah Sakina Rosellasari  mengatakan pada triwulan II 2025 realisasi investasi telah mencapai Rp 23,73 triliun.

Total penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Jawa Tengah mencapai sebesar Rp 45,58 triliun.

Baca juga: Tolak Investasi Rp1,5 Triliun, MUI Jateng Haramkan Peternakan Babi Modern di Jepara

"Setiap semester pasti ada rilis sektor mikro kecil. Realisasi di Jawa Tengah sebesar Rp 10,8 triliun dan alhamdulilah ini capaian tertinggi selama ini dan selalu naik dari triwulan ke triwulan," tuturnya saat rilis investasi di kantornya, Senin (4/82025).

Menurutnya, Jateng menjadi magnet investasi.

Pihaknya berharap investor tidak hanya ke pantura Jawa Tengah tetapi juga ke bagian tengah dan selatan Provinsi Jawa Tengah.

"Banyak investor yang belum banyak ke lokasi tersebut dan bisa saya sampaikan bahwa peringkat lima besar berada di pantura kecuali mikro kecil ada dari Banyumas," jelasnya.

Dikatakannya, investor PMA tertinggi berada di Kabupaten Demak, PMDN tertinggi Kota Semarang, UMK tertinggi Kota Semarang.

Namun untuk peringkat kedua capaian UMK dari Jawa Tengah bagian tengah yakni Banyumas dan urutan ketiga Cilacap.

Pihaknya mengarahkan agar investasi dilakukan di Jawa Tengah bagian tengah dan pantai selatan.

Pemerintah Provinsi telah menyiapkan investment project ready to offer (IPRO) untuk menjaring investor.

"Kami akan menawarkan proyek-proyek sesuai potensinya dan lebih ke hilirisasi contohnya selatan sentra mokaf yang ada di Banjarnegara, kemudian kelapa untuk gula semut, garam pantai selatan, dan perikanan pantai selatan," jelasnya

Mengenai tarif resiprokal 19 persen, kata Sakina tidak mempengaruhi ekspor impor. Bahkan menurut data badan pusat statistik (BPS),  ekspor non migas terbesar di Jawa Tengah adalah ke Amerika Serikat.

"Secara persentase 45 persen dan sektornya adalah alas kaki, garmen pakaian jadi rajut dan non rajut," tuturnya

Baca juga: Walikota Solo Respati Ardi Resmikan Dapur SPPG Milik Puspo Wardoyo: Bersih dan Higenis

Halaman
12

Berita Terkini