Teman tersebut, yang ternyata merupakan keponakan Sai’un, lalu menawarkan untuk mengenalkannya kepada sang paman.
Pertemuan pertama pun terjadi di rumah sang teman.
Sai’un mengaku langsung merasa nyaman dengan Fitri.
“Pertama ke rumah ponakan saya itu, kita langsung dapat perasaan.
Dua minggu kemudian langsung yakin dia jodoh Datuk,” ungkap Sai’un sambil tersenyum.
Fitri juga mengaku menerima lamaran Sai’un bukan karena materi, melainkan karena merasa cocok secara pribadi.
Ia menilai Sai’un adalah sosok yang baik hati, bertanggung jawab, dan mau menerima dirinya apa adanya.
Usai perkenalan singkat, keduanya sepakat melangsungkan pernikahan secara sederhana di Desa Padang Tambak.
Prosesi akad nikah berlangsung lancar dan dihadiri oleh keluarga serta tetangga terdekat.
Ditemui di teras rumah sederhana mereka, pasangan ini tampak duduk berdampingan sambil memegang buku nikah.
Latar rumah kayu berwarna merah pudar serta kebun pisang di belakangnya menambah kesan sederhana kehidupan mereka.
Sai’un diketahui merupakan seorang petani kopi dan sawit di Desa Jambu.
Ia tinggal di rumah milik sendiri dan telah memiliki tiga orang anak dari pernikahan sebelumnya, yang semuanya sudah menikah.
Meski demikian, ia mengaku membutuhkan teman hidup di masa tuanya.
“Rencana kami tinggal di rumah saya di Desa Jambu (Kecamatan Taba Penanjung).