Disisi lain, pria kelahiran Jogjakarta 13 Maret 2951 itu telah banyak berkontribusi dibawah naungan Yayasan Bina Teruna Indonesia Bumi Cenderawasih (Binterbusih).
Sejak tahun 2021 sampai sekarang, ia dipercaya menjadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Binterbusih.
Meski kini menetap di Semarang, Paul Sudiyo tetap dikenal sebagai sosok rendah hati yang konsisten memperjuangkan pendidikan, persaudaraan, dan pengabdian bagi Papua. Kehadirannya bukan sekadar pemimpin formal, melainkan teladan yang membentuk banyak generasi hingga saat ini.
“Beliau peduli, setia, menempatkan karya sebagai penyelenggaraan Allah, melayani dengan hati, membantu sesama, bahkan memberi dari kekurangan bukan dari kelebihan," kata Pascalis.
“Cita-cita beliau jelas: Papua yang damai, adil, dan sejahtera. Itu warisan yang harus kita jaga,” tegasnya.
Puncak acara ditandai dengan peluncuran dan bedah buku “Kisah Kasih di Tanah Papua.”
Buku itu berisi kisah-kisah pelayanan dan pengabdian yang ditulis Paul Sudiyo, merekam perjalanan panjang penuh kasih.
Acara yang masih akan berlanjut hingga Minggu (24/8/2025) ini diharapkan menjadi pijakan baru bagi para alumni.
Bukan sekadar temu kangen, forum ini diharapkan menjadi semangat bersama untuk terus berkontribusi membangun Papua, menjaga persaudaraan, sekaligus menghadirkan nilai-nilai kemanusiaan yang diwariskan para pendiri. (*)
Baca juga: Catat Hanya 20 Persen Penyandang Disabilitas Terfasilitasi di Pemilu 2024, PPUAD Dorong Pembenahan
Baca juga: Gerak Cepat, 64 Posbankum Desa di Kabupaten Karanganyar Terbentuk
Baca juga: Apa Itu Sekolah Virtual Kebangsaan II yang Digelar LDII di Hotel Santika Premier Semarang Hari Ini?