Berita Wonosobo

1.375 Warga Wonosobo Daftar Sekolah Online Orang Dewasa, Usia Minimal 25 Tahun Belum Lulus SMA

Penulis: Imah Masitoh
Editor: deni setiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PROGRAM SOOD - Kepala Disdikpora Kabupaten Wonosobo, Musofa. Pemkab mendata, total sudah ada sekira 1.375 warga Wonosobo yang telah mendaftar dalam program Sekolah Online Orang Dewas (SOOD) yang digulirkan pada tahun ini.

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Jumlah pendaftar program Sekolah Online Orang Dewasa (SOOD) di Kabupaten Wonosobo hingga Senin (25/8/2025) tercatat mencapai 1.375 orang. 

Angka ini menunjukkan antusiasme warga usia 25 tahun ke atas untuk kembali mengenyam pendidikan, meski di tengah berbagai keterbatasan.

Di tengah angka rata-rata lama sekolah yang masih di kisaran 6,9 tahun, Pemkab Wonosobo tidak tinggal diam. 

Baca juga: Wonosobo 2 Tahun Berturut-turut Sabet Juara 2 Nasional Kampung KB Berkualitas

Baca juga: Mulyani Sukses Ajarkan Penyandang Tuli Wonosobo Tampil di Acara PPBK Nasional 2025

Melalui Disdikpora, program SOOD resmi digulirkan, menyasar warga usia 25 tahun ke atas yang belum lulus SMA.

Kepala Disdikpora Kabupaten Wonosobo, Musofa menyebut, proses menjaring warga untuk ikut dalam program ini tidaklah mudah.

Musofa menyoroti tantangan awal pendataan yang lambat, hingga akhirnya waktu diperpanjang sampai.

"Ya, sekolah online orang dewasa, karena untuk bisa menerima peserta didik ternyata tidak mudah," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Senin (25/8/2025).

Perpanjangan pendataan ini agar seluruh desa memiliki waktu cukup untuk menjaring peserta.

Pendataan dilakukan dari desa, dikirim ke kecamatan, lalu diteruskan ke PKBM sesuai plotting wilayah. 

Persyaratan administrasi berupa ijazah SMP/sederajat yang dilegalisir dan Kartu Keluarga. 

Setelah data masuk dan diinput, peserta langsung bisa mengikuti pembelajaran.

Targetnya, setiap desa minimal mengirim 20 peserta. 

Namun untuk saat ini, program hanya mencakup Paket C (setingkat SMA).

Namun program ini diyakini jadi pintu gerbang besar bagi pendidikan alternatif.

"Yang hanya sampai SD dan SMP belum diberi ruang karena keterbatasan sumber daya," jelas Musofa.

Baca juga: Rata-rata Lama Sekolah Hanya 6,9 Tahun, Wonosobo Genjot Pendidikan Lewat Program SOOD

Baca juga: Begini Cara Polres Wonosobo Hadapi Aksi Unjuk Rasa di Kantor DPRD, Libatkan 300 Personel

Pembelajaran dilakukan terpusat via Zoom, dengan desa menyediakan fasilitas seperti LCD dan internet. 

"Nanti bareng-bareng pembelajarannya seperti nobar bola, kalau ini pembelajaran online-nya," ungkapnya.

Kegiatan belajar dijadwalkan 1-2 kali per minggu, menyesuaikan dengan waktu luang peserta yang mayoritas sudah bekerja. 

Kurikulum formal akan dikombinasikan dengan materi yang sesuai kebutuhan orang dewasa agar tidak menjenuhkan.

Program ini gratis bagi peserta.

Sementara pembiayaan teknis, termasuk tenaga input data dan pengajar, difasilitasi oleh pemerintah kabupaten. 

"Kalau dihitung waktunya, malah jadi enggan belajar."

"Yang penting mulai dulu, tahu-tahu lulus," kata Musofa.

Bagi yang sudah lulus akan mendapat ijazah kesetaraan resmi yang bisa dipakai untuk melamar kerja, jadi perangkat desa, dan lainnya. 

Bedanya dengan pendidikan kesetaraan reguler hanyalah pada fasilitas, karena peserta 25 tahun ke atas tidak mendapat dana BOS.

SOOD juga ditargetkan dapat meningkatkan angka rata-rata lama sekolah di Wonosobo. 

"Gerakan ini bukan hanya soal angka, tapi soal mindset."

"Kalau ini jalan, angka rata-rata sekolah bisa naik, pola pikir juga ikut berubah," tandasnya. (*)

Baca juga: Seleksi Segera Dibuka, Isi Posisi 8 Jabatan Strategis di Pemkab Banyumas, Ini Daftar Rincinya

Baca juga: Pemkab Jepara Masih Buka Beasiswa Kartu Sarjana 2025, Pendaftaran Maksimal 1 September

Baca juga: Nasib Apes Nenek Endang Warga Klaten, Diminta Bayar Rp115 Juta Karena Langgar Hak Siar Liga Inggris

Baca juga: Siap-siap Coding dan AI Masuk Kurikulum SD-SMP di Batang, Siswa Bakal Sering Bikin Proyek Digital

 

Berita Terkini